Mohon tunggu...
Wira Pandawa
Wira Pandawa Mohon Tunggu... Konsultan - Menulis mengungkap sisi lain mikrokosmos

Hobi itu pekerjaan yang dibayar Menulis Energi yang terpancar gratis dari alam sekitar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pribumi, Mainan Politik Berbahaya bagi Nusantara

28 September 2018   03:08 Diperbarui: 28 September 2018   03:26 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menjelang Pemilihan Presiden ,Gubernur,Legislator,diberbagai tingkatan wilayah se antero Indonesia,kita dapat menyaksikan tahun tahun penuh kegembiraan,pesta pora di tataran ideal,karena memang klimaks dari Demokrasi ,salah satunya adalah diberikannya hak kepada tiap tiap Individu untuk menentukan siapa yang layak menjadi pemimpin dirinya ditataran suatu wilayah.Akan tetapi,ditataran realitas,Sistem yang sudah dirancang sedemikian rupa untuk membuat demokrasi menghasilkan pemimpin yang berintegritas dan berkomitmen terhadap konstituen,memang diwarnai gesekan gesekan(konflik) yang juga berlangsung dingin,hingga menegangkan .Mulai dari Hoax (berita palsu),Isu - Isu (semacam opini yang dikeluarkan individu/kelompok untuk tujuan tertentu ,gak penting beneran atau palsu).Hal ini menjadikan Warna sendiri dengan tingkatan efek yang berbeda pula.

Bila melihat dinamika politik di Indonesia beberapa tahun belakangan,kita melihat titik dimana kasus Ahok,benar benar menjadi pelajaran berharga,sebuah video seorang pemimpin yang dikenal baik secara manajerial,akan tetapi karena khilafnya mengomentari soal agama tertentu menjadi viral,ahok mendapat reaksi keras,hal ini malah memperpanjang dan mempertajam tensi politik,hingga dinamika politik di depan mata.

Ketika saya kejakarta,sebulan lalu,beberapa kali saya bertanya soal perbandingan Ahok dan Anis,rata rata driver ,kendaraan angkutan online,lebih menyukai keteraturan Jakarta ditangan AHok yang benar benar berkarakter tegas,atau kalau boleh dibilang Keras,dibandingkan Anis,Akantetapi saya punya penilaian tersendiri ,dan tiap orang memiliki penilaian tersendiri,kalau saya menilai kedua putra terbaik bangsa ini punya cara cara tersendiri dalam mengekspresikan gaya kepemimpinannya,tentunya dengan indikator tertentu lah publik pada akhirnya akan menilai

Oke,sesuai judul,kita rasanya perlu  mengulas istilah Pribumi,istilah pribumi yang kalau di Indonesia menurut wikipedia,digunakan oleh  Belanda,negara Penjajah,setelah sebelumnya diberikan ijin berdagang oleh raja raja se antero nusantara,Istilah pribumi ini,dipergunakan si Penjajah untuk membedakan antara etnis Tionhoa,Arab dan India,dengan penduduk Lokal,tempatan,suku asli yang telah ada di Nusantara,yap,seantero Nusantara.

Jaman,berganti,istilah Pribumi kembali menguat diberbagai tingkatan,contoh saja kita bisa merasakan dan menganalisa,tingginya sikap primordialisme tokoh tokoh politik ketika terjadi pemilihan pemimpin di suatu daerah,bila jujur mengakui ,hal ini bisa semakin lama - semakin mengkhawatirkan (semoga saja tidak benar).

dari Pilkada Jakarta kemarin,seolah rakyat terbelah(setidaknya di framing media) ,nah hal ini juga menurun ketika istilah istilah ini di gunakan ke Pilkada di Provinsi - provinsi ,hingga tingkat kabupaten,istilah pribumi diturunkan dalam berbagai bentuk ,dalam berbagai wujud,bisa dikait kaitkan untuk mendapatkan suara dari berbagai kalangan.

Bukan hanya istilah pribumi,akan tetapi menguatnya politik identitas ,juga semakin memperkeruh keadaan,kali ini bukan hanya Ego kesukuan,Ego Ke Agamaan,Ego ke Pribumian yang semakin jelas muncul ke Permukaan,sebut saja Viktor Laiskodat,yang berpidato di TImur,yang heboh beberapa waktu lalu,Ahok di Jakarta,dan ANis dengan bentangan spanduk "Pribumi Muslim".Dalam pandanganlain beragam kalangan seolah diam,atau memang mendukung bahwa hal ini sah sah saja.Di sisi lain menguatnya politik identitas semakin memprihatinkan.

Kualitas Demokrasi menurut saya memang mengalami penurunan.Selain politik identitas ,Ego ke Organisasi An juga segera menguat,sebut saja ada Ormas yang gemar adakan aksi penolakan terhadap Tokoh tertentu ,dengan alasan akan merusak kebhinekaan,ini juga memngkhawatirkan,ditambah lagi muncul perang tagar,seolah tidak sabar mendukung atau mengganti pemimpinnya.Kedua duanya menurut saya kurang arif sekali memunculkan ini di ruang ruang publik

Kultur ini semoga segera saja berganti,ke budaya menonjolkan program,adu program,adu kemampuan yang sama sama berkomitmenkan mendukung kemajuan bangsa Indonesia,karena memang kalau bukan para elit elit ,kaum cerdik pandai disana,siapa lagi anak bangsa yang bisa diharapkan untuk membenahi apa apa yang masih kurang untuk menguatkan negara kita Indonesia.

(tulisan ini bersambung....)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun