Oleh: Taura Taufikurahman
Barrac Obama merespons kudeta militer terhadap Presiden Mursi di Mesir dengan mengeluarkan statement sbb:
"The United States is monitoring the very fluid situation in Egypt, and we believe that ultimately the future of Egypt can only be determined by the Egyptian people. Nevertheless, we are deeply concerned by the decision of the Egyptian Armed Forces to remove President Morsy and suspend the Egyptian constitution.
I now call on the Egyptian military to move quickly and responsibly to return full authority back to a democratically elected civilian government as soon as possible through an inclusive and transparent process, and to avoid any arbitrary arrests of President Morsy and his supporters".
Kata kunci pada pernyataan tersebut adalah "deeply concerned" (sangat peduli) atas keputusan yang telah dilakukan oleh militer Mesir dengan melengserkan Presiden Mursi dan membekukan konstitusi Mesir. Kata ini tampaknya dipilih dengan sangat hati-hati, pertama untuk menyatakan kepedulian USA yang sangat mendalam atas apa yang terjadi di Mesir. Ini adalah repons segera yang menunjukkan kebijakan luar negeri USA yang sangat aktif terhadap apa yang terjadi diperbagai belahan dunia, karena mereka memiliki asset di hampir semua belahan dunia.
Kata “deeply concerned” tampaknya telah dipilih dengan sangat cermat oleh pihak Gedung Putih untuk tidak memberi kesan yang jelas bahwa USA mendukung pengambil alihan kekuasaan oleh militer, tetapi tidak juga memberi kesan menolak atau tidak setuju atas pengambil alihan kekuasan tersebut. Obama juga tidak menggunakan istilah "coup" (coup d'etat), sebagaimana pihak militer Mesir pun menyangkal tindakannya disebut sebagai kudeta. Dalam konteks ini kita dapat meraba bahwa USA sebenarnya dapat dikategorikan sebagai memandang pengambilalihan kekuasaan oleh Militer bukan merupakan sebuah kesalahan karena itu tidak muncul ungkapan yang menyesalkan atau prihatin (deeply regret) atas peristiwa tersebut.
Pernyataan berikutnya secara implisit semakin menegaskan dukungan USA terhadap pengambilalihan kekuasaan oleh militer tersebut dengan meminta militer Mesir segera melakukan langkah untuk mengembalikan kekuasaan kepada rakyat melalui proses pemilihan umum yang demokratis . Pada kalimat tersebut Obama tidak meminta pihak militer untuk mengembalikan kekuasaan kepada President Mursi yang sebelumnya telah dipilih secara demokratis oleh rakyat Mesir. Kata “democratically elected civilian government” yang digunakan Obama lebih bernuansa ke arah “masa depan” dan tidak ke arah “setahun yang lalu” ketika Mursi terpilih dalam pemilihan Presiden yang pertama dalam sejarah Mesir.
Hal yang selanjutnya cukup simpatik diminta oleh Obama dari pihak militer adalah agar tidak menahan Presiden Mursi dan para pengikutnya tanpa alasan yang jelas (arbitrary arrests). Permintaan ini tentu sifatnya humanitarian, tetapi ini tidak menghilangkan kesan bahwa Amerika sebenarnya secara politis menyetujui langkah yang dilakukan oleh militer Mesir dengan mengambil alih kekuasaan dari Presiden Mursi dan sedikit memberi saran agar militer memperlakukan Mursi dan para pengikutnya secara baik-baik.
Siapapun dapat membaca bahwa Amerika, sebagaimana halnya Israel sangat merasa tidak nyaman dan khawatir ketika Mursi yang berasal dari Ikhawnul Muslimin (IM) terpilih sebagai presiden Mesir. Ini karena IM sejak awalnya dahulu menentang pendudukan Israel di Palestina dan dipandang sebagai garis keras atau fundamentalis yang sangat berpotensi mengganggu bahkan merobohkan hegemoni USA di Negara-negara Teluk dalam kaitannya terutama dengan penguasaan atas sumber energi minyak bumi (fossil fuel). #Taura Taufikurahman, 4 Juli 2013.