Mohon tunggu...
Wira Ksatria
Wira Ksatria Mohon Tunggu... Penulis - Menerima, menjalani, dan mensyukuri

Aku bisakan dirimu, saat dirimu tidak mengerti.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Musibah Pendemi Covid-19 dan Ruuhi Chip Ilahiah Wakil Tuhan di Dalam Diri Setiap Manusia

19 September 2020   21:32 Diperbarui: 19 September 2020   21:36 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Merenungi dan memikirkan sesuatu fenomena dan peristiwa alam yang terjadi pertama kali di Kota Wuhan, Cina pada bulan Desember 2019 sampai saat ini, bahkan telah menular ke warga masyarakat Indonesia. Sungguh angka statistik yang mengerikan. Menurut catatan pemerintah sampai September 2020 telah tembus pada angka 200.000 orang yang dinyatakan positif terpapar COVID19.
Sesuatu yang telah menimbulkan kecemasan dan ketakutan, mungkin hampir semua warga masyarakat mengalaminya.

Saya, Anda, kita, kami, kalian, dan mereka paling tidak mengalami takut tertular, takut sakit, takut diisolasi  di rumah sakit, dan bahkan takut meregang nyawa akibat pendemi COVID19.

Jujur saja saya juga mengalalami dan merasakan lintasan pikiran dan rasa takut, apabila terpapar jenis penyakit yang virusnya tak kasat mata dan mengguncang masyarakat, hampir di seluruh negara dan bangsa di dunia.

Saat pertama kali, PSBB mulai diberlakukan di Ibu Kota Negara Jakarta, saya menyaksikan dan mengalami sesuatu yang aneh dan pertamakali dalam hidup saya. Betapa tidak, ini kejadian yang ajaib. Masjid Istiqlal yang begitu besar, indah, dan megah tutup dan kegiatan ibadah salat berjemaah dihentikan alias ditiadakan. Salat wajib lima waktu, salat jumat, salat idul fitri dan idul kurban 2020 juga tidak diselenggarakan di Masjid terbesar di Asia Tenggara ini.

Gereja Katedral, rumah ibadah umat kristiani yang menaranya lancip dan indah. Bunyi loncengnya yang khas. Jarak dari Masjid Istiqlal hanya dipisahkan oleh jalan, dua rumah ibadah yang megah lambang toleransi dan harmoni antar manusia dalam iman. Ya, mungkin seumur berdirinya Gereja Katedral, baru kali ini menghentikan hampir seluruh kegiatan ibadah bagi umatnya. Mendadak dua bangunan raksasa ini sepi, hening, dan gelap. Saat saya melintas diantara kedua bangunan  ini, bulu kuduk saya berdiri dan merinding. Angker dan menakutkan.

Seluruh mall di Kota Jakarta tutup. Tetiba bangunan raksasa itu, pintu pagarnya digembok dan dijaga ketat oleh petugas keamanan. Pemandangan maha sepi, angker, dan 'ngeri-ngeri sedap.'

Suatu malam pada Juni 2020, saya bertiga sohib berkeliling kota Jakarta dengan mengendarai mobil. Route yang kami lalui jalanan sekitar Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Tugu monas, Istana Negara, Masjid Istiqlal, Gereja Katedral, Jalan Protokol Utama Gatot Subroto, sampai ke Patung Pancoran. Apakah yang saya lihat dan saksikan? Kota Jakarta: 'maha sepi,' hening, dan senyap. Tidak biasanya, kendaraan mobil dan motor yang biasanya padat merayap, macet, macet, dan macet kali ini saya saksikan sangat lengang. Sesekali ada mobil dan motor yang melintas, sangat jarang. Seumur hidup saya, yang sudah puluhan tahun berdomisili di Kota Jakarta, baru kali ini melihat dan menyaksikan fenomena Kota Jakarta, bak kota mati.

Kawan-kawan mungkin pernah melihat dan mengalami, bagaimanakah keadaan dan situasi Stasiun Kereta Api Listrik yang tersebar di wilayah Jabodetabek? Saat pagi dan sore hari, ada ratusan ribu bahkan jutaan pengguna jasa, angkutan publik yang murah, meriah, dan ramah lingkungan ini. Namun, apa yang terjadi saat pemerintah memberlakukan PSBB. Seluruh Stasiun KRL se-Jabodetabek tutup dan Kereta Listrik tak beroperasi mengangkut penumpang. Saya melihat dan menyaksikan bangunan itu, seperti 'rumah hantu' dan Kereta Listrik itu seperti ular yang sangat panjang terparkir di Stasiun. Sungguh pemandangan yang paling 'eneh di dunia yang pernah saya lihat.'

Berapa banyak bangunan hotel yang ada di Kota Jakarta? 'Banyak sekali!' Rimba bangunan mewah bernama hotel, mulai bintang lima sampai melati dua, saat PSBB diberlakukan di Kota Jakarta. Semua tutup dan tidak beroperasi. Untuk penghematan, pihak pemilik hotel tentu saja mengurangi menyalahkan lampu penerangan. Saya melihat dan menyaksikan gedung-gedung itu, seperti bangunan raksasa, mungkin ada ribuan 'hantu' dan 'dedemit' yang sedang berpesta. He he he.

Semua jenjang sekolah, dari PAUD, TK, SD, SMP, SMU, dan SMK begitupun Perguruan Tinggi yang ada di seluruh wilayah Jabodetabek, menghentikan semua kegiatan belajar mengajar tatap muka di ruang kelas. Murid, pelajar, dan mahasiswa yang jumlahnya jutaan orang, tetiba mengikuti  kebijakan sistem belajar mengajar oleh guru dan dosen yang dilakukan dengan cara 'daring' atau 'online,' alias menggunakan IT, sebut saja 'zoom meeting,' misalnya. Suer, sungguh ini 'fenomena yang paling ajaib yang pernah saya saksikan, di planet bumi ini, sepanjang peradaban anak manusia.'

Presiden Joko Widodo, melakukan kebijaksanaan supercepat menyulap Apartemen Kemayoran, menjadi Rumah Sakit Darurat untuk penangan pasien yang dinyatakan positif terpapar COVID19. Ada ribuan kamar yang disulap menjadi ruang perawatan medis. Rumah sakit yang paling cepat dibangun, sejak Indonesia ada. Tidak lebih dari satu bulan renovasi dari Apartemen menjadi Rumah Sakit bertingkat, khusus untuk perawatan dan penyembuhan pasien COVID19 telah rampung dibangun, lengkap dengan alat kesehatan, paramedis, perawat, bidan, apoteker, dan dokter. Mungkin ini prestasi 'pembangunan rumah sakit tercepat,' oleh Presiden, sepanjang Indonesia ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun