Mohon tunggu...
Win Wan Nur
Win Wan Nur Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya adalah orang Gayo yang lahir di Takengen 24 Juni 1974. Berlangganan Kompas dan menyukai rubrik OPINI.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Alhamdulillah, Aceh Tidak Merdeka

18 Februari 2011   08:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:29 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah kasus pencaplokan seni budaya Gayo SAMAN oleh Aceh, hari-hari belakangan ini,dinamika hubungan antar suku di Aceh semakin jelas bentuknya.

Bentuk yang terang benderang itu terekam pada kejadian demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa poros Leuser di gedung DPRA, sebagaimana bisa kita baca dalam berita yang dipublikasikan Harian Aceh yang potongannya saya kutip di bawah ini.

Pantauan Harian Aceh, setelah setengah jam berorasi, anggota DPRA Abdullah Saleh datang menemui mahasiswa. Tapi dia hanya ingin berkomunikasi dalam bahasa Aceh. Mahasiswa yang sebagian di antaranya tak begitu lancar berbahasa Aceh karena berasal dari suku Gayo dan Alas, meminta politisi Partai Aceh itu menggunakan bahasa Indonesia.

Tak ada kesepakatan bahasa yang digunakan, cekcok pun tak terhindarkan. "Kalian ini demonstran tak jelas, kalian bukan orang Aceh," kata Abdullah Saleh sambil meninggalkan pengunjuk rasa, tapi tetap memantau dari kejauhan.

http://harian-aceh.com/2011/02/17/demo-desak-pengesahan-qanun-pilkada-ricuh.

Abdullah Saleh sangat benar, orang Gayo dan orang Alas itu jelas bukan orang Aceh.

Apa yang ditampilkan oleh Abdullah Saleh ini adalah sebuah kejujuran sikap yang jarang kita temui pada para politisi zaman sekarang, herannya kok banyak orang Aceh yang mencacimaki dia.

Secara pribadi, sebagai orang non Aceh tapi tanah kelahiran saya terperangkap dalam administrasi wilayah Aceh, saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Abdullah Saleh, anggota DPRA dari PA ini, sebab Abdullah Saleh telah menyadarkan saya untuk tidak pernah berhenti bersyukur, karena Allah tidak mengizinkan Aceh untuk M E R D E K A.

Sebab kalau Aceh sampai merdeka, apa jadinya kami orang-orang non Aceh yang terperangkap di dalam negara yang dikuasai oleh manusia rasis seperti ini?. Jelas kami akan dijadikan sebagai warga negara kelas dua, sebagaimana yang dialami oleh orang Cina dan Tamil di Malaysia.

Jadi apa yang terjadi saat ini, Aceh tidak merdeka meskipun telah melalui perjuangan yang panjang dan lama adalah anugerah tak terkira, bagi kami orang Gayo dan suku-suku minoritas lain yang tanah tumpah darahnya terperangkap di dalam wilayah administrasi Aceh.

Saya sepenuhnya maklum melihat sikap yang ditunjukkan oleh para politisi yang menguasai parlemen Aceh sekarang. Kalau kita mengingat bagaimana mereka mereka berjuang, menumpahkan keringat, air mata, bahkan darah untuk melepaskan segala tekanan yang diarahkan oleh negara kepada suku mereka. Untuk bisa sampai ke posisi seperti sekarang ada banyak rekan seperjuangan mereka yang meregang nyawa. Sehingga adalah sebuah sikap yang sangat manusiawi dan selayaknya kita puji, ketika mereka mendahulukan untuk mengurusi dan mensejahterakan suku mereka yang hidup cukup menderita di bawah tekanan penguasa di masa lalu, ketika mereka mendapat kesempatan untuk itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun