Mohon tunggu...
Windy Azizah
Windy Azizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Merupakan seorang mahasiswa yang senang menulis terkait topik-topik terkait analisis issue masa kini.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Fenomena Krisis Minyak Goreng, Padahal Indonesia Memiliki Provinsi Penghasil Minyak Kelapa Sawit Terbesar

10 Desember 2022   12:36 Diperbarui: 10 Desember 2022   12:47 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Plot Perkembangan Produksi Minyak Kelapa Sawit Provinsi Riau Tahun 2016-2020

Negara Indonesia telah dikenal oleh negara-negara lain di dunia karena merupakan produsen beberapa komoditas bahan primer dari subsektor perkebunan seperti kelapa sawit, karet, dan kopi. Subsektor perkebunnan memberikan kontribusi sebesar 29,27 persen terhadap PDB sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan atau sebesar 3,89 persen terhadap PDB nasional. Walaupun kontribusi sektor pertanian ini cukup besar namun risiko yang dihadapi dalam bisnis sektor pertanian juga sama besarnya. Hal ini disebabkan oleh sifat dari sektor pertanian yang musiman dan mudah rusak. Oleh karena itu setiap perubahan signifikan yang terjadi pada pasokan atau permintaan komoditas pertanian secara cepat akan berdampak pada perubahan naik turunnya harga komoditas.

Provinsi Riau merupakan Provinsi yang terbesar di Indonesia. Besarnya produksi minyak kelapa sawit di Provinsi Riau ini karena memiliki perkebunan sawit yang terluas di Indonesia dan bertambah setiap tahunnya hingga pada tahun 2021 luasnya mencapai 2,89 hektare. Produksi minyak kelapa sawit ini sangat perlu untuk diperhatikan karena termasuk dalam sektor pertanian subsektor perkebunan yang merupakan sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Jika ditinjau dari komponen penyusun Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2021, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi sebesar 13,28 persen terhadap total PDB nasional. Produktivitas dan pemanfaatan dalam sektor pertanian ini harus dilakukan secara maksimal karena sangat berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan yang akan berimplikasi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Lalu Mengapa Masih Terjadi Krisis Minyak Goreng Jika Berdasarkan Data yang Ada Indonesia Merupakan Penghasil Minyak Kelapa Sawit Terbesar yang Didukung Oleh Provinsi Riau Salah Satunya?

Jika dilihat dari Gambar 1 tersebut ternyata luas perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau ini tidak sejalan dengan produksi kelapa sawit yang dihasilkan karena terlihat sangat fluktuatif dari tahun ke tahunnya. Hasil produksi mencapai titik terendahnya pada Agustus 2017 dan mulai naik sedikit demi sedikit meskipun juga masih terdapat penurunan. Perubahan yang ekstrim juga terjadi pada rentang tahun 2019-2020 di mana terdapat satu titik produksi minyak kelapa sawit tinggi kemudian langsung turun bahkan melebihi titik terendah pada rentang tahun sebelumnya yaitu 2018-2019.  Salah satu kecurigaan yang muncul penyebab adanya krisis minyak goreng padahal merupakan daerah penghasil minyak kelapa sawit yang terbesar adalah adanya kondisi produksi yang fluktuatif ini sehingga menyebabkan permintaan atas minyak kelapa sawit tidak terpenuhi.

Namun pengamatan tidak bisa berhenti dari pengecekan secara visual saja, harus dilakukan prediksi dengan suatu model untuk melihat kondisi perkembangan produksi minyak kelapa sawit dalam periode mendatang. Pembentukan model dan prediksi ini dipilih metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) karena data yang digunakan merupakan data series yakni produksi minyak kelapa sawit yang dihasilkan dari produksi bulanan perkebunan Indonesia dari Januari
tahun 2016 hingga Desember 2020. Data tersebut merupakan data terbaru yang tersedia di
website Badan Pusat Statistik terkait produksi minyak kelapa sawit.

Dalam meramalkan data produksi minyak kelapa sawit ini, digunakan software R-Studio. Untuk data awal yang fluktuatif tersebut perlu dilakukan suatu proses yang dinamakan dengan differencing yaitu suatu tahapan untuk menghilangkan fluktuasi data dan membuat pola data series menjadi lebih stabil dengan cara mencari selisih antara nilai observasi bulan saat ini dengan bulan sebelumnya. Setelah dilakukan tahapan tersebut, pola data produksi minyak kelapa sawit menjadi seperti pada gambar berikut.

Gambar 2. Hasil differencing Data Produksi Minyak Kelapa Sawit Provinsi Riau Tahun 2016-2020
Gambar 2. Hasil differencing Data Produksi Minyak Kelapa Sawit Provinsi Riau Tahun 2016-2020
Terlihat bahwa hasil pola data yang telah dilakukan differencing ini lebih stabil dibandingkan pola data awal. Tujuan dilakukannya differencing ini adalah ketika kita akan melakukan prediksi dengan suatu model supaya model yang dihasilkan ini tidak bias dalam meramalkan atau dapat menangkap semua kondisi yang ada dengan baik. Dari beberapa proses yang telah dilakukan dalam meramalkan data produksi minyak kelapa sawit Provinsi Riau ini dipilih model Seasonal ARIMA(1,1,0)(0,0,1)[12] dengan plot hasil prediksi sebagai  berikut.

Gambar 3. Plot Hasil Prediksi Data Produksi Minyak Kelapa Sawit Provinsi Riau Januari 2021-Desember 2023
Gambar 3. Plot Hasil Prediksi Data Produksi Minyak Kelapa Sawit Provinsi Riau Januari 2021-Desember 2023

Berdasarkan plot hasil peramalaan pada gambar di atas terlihat bahwa garis prediksi produksi minyak kelapa sawit (garis berwarna hitam) mendekati data aktual produksi minyak kelapa sawit (garis berwarna biru) sehingga model dianggap sudah baik dalam meramalkan data produksi minyak kelapa sawit pada Januari 2021-Desember 2023. Dari hasil prediksi terlihat bahwa untuk beberapa periode selanjutnya produksi minyak kelapa sawit di Provinsi Riau ini cenderung datar dan tidak menunjukkan adanya trend yang naik.

Dari hasil prediksi yang telah dilakukan ternyata untuk beberapa periode ke depan, produksi minyak kelapa sawit cenderung stabil dan stagnan di titik tersebut. Namun berdasarkan Gambar 3, pada tahun 2022 ini garis prediksi cenderung turun sedikit kemudian naik kembali, kondisi ini sejalan dengan terjadinya krisis minyak goreng pada awal tahun sampai pertengahan tahun 2022 ini. Melihat  prediksi perkembangan produksi minyak kelapa sawit yang tidak menunjukkan trend naik, pemerintah harus hati-hati ketika menghadapi kondisi di mana produksi minyak kelapa sawit nya tetap, padahal permintaan dari masyarakat banyak. Selain itu factor-faktor lain yang tidak berkaitan dengan model prediksi ini  juga harus diperhatikan, salah satunya adalah harus mengantisipasi adanya  oknum nakal yang dengan sengaja menimbun serta menghambat distribusi dari minyak kelapa sawit ini sampai ke tangan masyarakat. Kejadian tersebut sebenernya bisa diantisipasi dengan cara menaikkan produksi minyak kelapa sawit untuk beberapa periode ke depan. Pemerintah bisa mengambil kebijakan dalam meningkatkan produksi minyak kelapa sawit salah satunya dengan cara mengeluarkan peraturan dengan tegas penebangan pohon kelapa sawit yang lahannya akan dilakukan alih fungsi menjadi perumahan atau bangunan lain yang sifatnya dapat mengurangi luas area kebun kelapa sawit. Selain itu juga bisa dilakukan pemberian bantuan yang mendukung proses penanaman dan perawatan pohon kelapa sawit dalam rangka menyejahterakan petani kelapa sawit.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun