Eksistensi Bahasa Daerah di Era Globalisasi
Fenomena kepunahan bahasa daerah di Indonesia sudah terbilang menjadi masalah yang serius. Sehingga tidak sedikit ahli-ahli bahasa yang melakukan penelitian sebagai usaha untuk menyelamatkan Bahasa daerah.
Dalam Ethnologue: Language of The World (2005) dikemukakan bahwa di Indonesia terdapat 742 bahasa, 737 diantaranya adalah bahasa yang masih digunakan oleh penuturnya. Sedangkan terdapat dua bahasa yang berperan sebagai bahasa kedua tanpa penutur bahasa ibu, sedangkan tiga bahasa lainnya telah punah. Selain itu, terdapat beberapa sumber yang menyebutkan bahwa saat ini bahasa daerah yang masih hidup di Indonesia berjumlah 718 dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi nasional.
Dari hal tersebut kita bisa melihat bahwa tingkat penggunaan bahasa daerah di Indonesia kian menurun. Hal ini tentu menjadi salah satu penyebab adanya krisis budaya di Indonesia, khususnya pada bidang kebahasaan.
Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting, termasuk Bahasa Sunda yang digunakan oleh penutur di wilayah Jawa Barat. Karena bahasa merupakan alat komunikasi, maka tidak bisa dipungkiri akan adanya kontak komunikasi antara satu bahasa dengan bahasa lain, misalnya Bahasa Indonesia dengan Bahasa Sunda.
Adanya kontak antar bahasa ini mengakibatkan masyarakat menjadi bilingulisme bahkan sampai multilingualisme.  Hal ini bukanlah  hal yang salah, terutama di tengah era globalisasi ini bahasa asing sangat dibutuhkan untuk mendukung berjalannya berbagai aktiviatas, misalnya penggunaan teknologi yang kebanyakan menggunakan bahasa asing. Namun yang kurang tepatnya adalah saat bahasa daerah mulai ditinggalkan dan dilupakan keberadaannya.
Program Pemertahanan Bahasa Sunda
Sebagai salah satu upaya pemertahanan eksistensi Bahasa Sunda, dalam kegiatan KKN Tematik yang diselenggarakan oleh UPI, penulis melakukan satu program pengedukasian kepada warga khususnya pada anggota karang taruna di Kampung Jeplek, Desa Cipada, Kecamatan Cisarua, KBB mengenai urgensi mempertahankan Bahasa daerah di era globalisasi saat ini.
Program ini diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi para penerus bangsa untuk meningkatkan kesadaran juga tanggung jawab untuk melestarikan Bahasa Sunda sebagai bahasa ibu.
Program ini dijalankan melalui pemberian media infografis yang dibagikan di grup whastapp yang telah dibuat sebelumnya. Media infografis yang dibuat berisi mengenai fungsi bahasa daerah, fenomena penggunaan Bahasa Sunda di Kampung Jeplek khususnya pada anak, juga tips untuk mempertahankan Bahasa Sunda. Para anggota karang taruna juga diberi kebebasan untuk memulai diskusi di grup whatsapp tersebut. Kegiatan diskusi ini diharapkan bisa menciptakan sikap kritis pada anggota karang taruna dalam menangani masalah-masalah sosial di daerahnya.
Manfaat Pengedukasian pada Anggota Karang Taruna