Mohon tunggu...
Winarto -
Winarto - Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

noord oost zuid west, thuis best.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sing Penting Metu Kebule

10 Agustus 2010   02:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:10 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Suatu malam, ada 4 anak mengendap-endap di halaman rumahku sambil membawa lampu senter. Keempat anak itu adalah tetanggaku yang masih berumur 7-8 tahun. Penasaran dengan apa yang mereka lakukan, aku kemudian menghampiri mereka dan bertanya apa yang sedang dikerjakan. Semula mereka tidak nggagas apa yang sedang kutanyakan, namun akhirnya dijawab bahwa mereka sedang mencari katak. Aku belum percaya penuh dengan jawab itu karena salah satu anak itu membawa tegesan (puntung rokok).

Memang betul. Mereka tidak sepenuhnya mencari katak, namun mereka juga mencari sisa-sisa rokok yang kemudian mereka hisap. Berempat mereka jongkok dan menggilir tegesan yang berhasil ditemukan. Ketika salah seorang selesai menghisap rokok itu dan menghembuskan asapnya, lantas mereka bersama-sama tertawa sambil jingkrak-jingkrak. Aku hanya bisa geleng-geleng kepada melihat tingkah polah mereka.

Aku kemudian ngobrol dengan keempat anak itu.

"Sopo sing ngajari?", tanyaku kepada mereka

"Niru-niru kok Mas", jawab salah seorang anak

Namanya masih anak-anak, mereka sambil tertawa-tawa ketika diajak bicara. Aku bertanya mengapa mereka merokok. Mereka tidak jawab, sebab sepertinya mereka hanyalah meniru orang yang lebih dewasa. Ketika mereka melihat orang yang merokok, anak-anak itu ingin mencoba, tanpa tahu bahwa di dalam rokok terkandung nikotin dan tar yang berbahaya bagi kesehatan dan bisa menyebabkan ketergantungan. Karena mereka belum memiliki uang untuk membeli rokok, akhirnya anak-anak itu mencari tegesan untuk mereka hisap sebab dalam benaknya berprinsip sing penting metu kebule (Yang penting keluar asapnya).

***

Aku tidak bisa membayangkan jika orang tua anak-anak itu tahu bahwa anak-anaknya mencari tegesan dan menghisapnya. Mungkin tidak separah balita perokok yang beberapa waktu lalu diberitakan oleh media-media cetak dan elektronik. Bagiku, melihat tingkah polah anak-anak yang mencari tegesan pada cerita di atas, juga mengundang keprihatinan.

Anak-anak kecil itu tidak bisa disalahkan. Mereka telah terkontaminasi oleh lingkungan perokok yang mendorong mereka untuk mencoba. Aku tahu betul, ayah dan anggota keluarga keempat anak itu nggathok ngrokok. Jadi, sangat masuk akal, jika anak-anak itu akhirnya menjawab bahwa mereka merokok karena meniru perbuatan orang dewasa.

Persoalan merokok memang terus menarik untuk didiskusikan. Ketika sudut pandang kesehatan dan agama berkata bahwa merokok dapat merugikan kesehatan masyarakat (baik untuk perokok aktif dan pasif), kemudian ada semacam larangan untuk merokok, namun tidak dengan mudah menghentikan kebiasaan masyarakat perokok. Langsung menutup pabrik-pabrik rokok yang memproduksi rokok juga malahan menciptakan problema baru karena industri rokok menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang tidak sedikit dan mendatangkan duit bagi kas negara.

Ada juga yang berkata menjadi perokok itu adalah hak seorang manusia, maka tidak seorang pun yang bisa melarangnya. Akan tetapi di sisi lain, orang yang tidak merokok berargumen bahwa mereka juga memiliki hak untuk menghirup udara segar, tanpa terkontaminasi asal rokok. Kedua kelompok itu merasa memiliki hak mereka masing-masing dan permasalahan akan timbul ketika dua kelompok itu saling bertemu; di bus umum, ngobrol santai di kafe dan sejenisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun