Mohon tunggu...
Winarto -
Winarto - Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

noord oost zuid west, thuis best.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sabar, Kalau Ada Bule Berkata Orang Indonesia Suka Telat

6 Oktober 2011   05:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:17 1523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: don't be late! Gambar dari Google

[caption id="attachment_3924" align="aligncenter" width="484" caption="Ilustrasi: don"][/caption]

Sebelum berangkat ke Belanda, saya mengikuti Pre Academic Training yang bertujuan untuk membekali mahasiswa-mahasiswa yang akan berangkat ke luar negeri. Salah satu materi yang disampaikan adalah mengenai aspek budaya. Secara khusus, saya mendapat informasi jika orang Belanda tidak suka pada orang yang telatan atau tidak tepat waktu. Informasi itu saya dapatkan dari pembicara, buku-buku tentang Belanda dan juga beberapa tulisan di internet. Dengan informasi yang saya terima tersebut, saya mulai mendapat bayangan mengenai arti penting waktu bagi orang Belanda.

Sesampai di Belanda, saya melihat langsung bagaimana pandangan orang Belanda terhadap waktu. Waktu sangat berharga bagi mereka. Oleh sebab itu, saya diwanti-wanti untuk tidak datang terlambat apabila janjian dengan seseorang. Karena waktu adalah uang sehingga orang Belanda akan kehilangan uang kalau sampai terlambat. Oleh sebab itu, kalau saya membuat janji bertemu dengan seseorang, saya berusaha untuk datang lebih awal.

Sedari di Indonesia pun, saya berusaha untuk tidak datang terlambat. Apabila janjian bertemu dengan seseorang jam 3 sore, maka saya biasa datang 10 menit lebih awal. Saya lebih baik menunggu daripada ditunggu. Namun, menunggu kalau terlalu lama rasanya juga tidak enak. Banyak waktu yang terbuang. Kalau terlambat 10 menit, walaupun itu sudah tidak tepat, mungkin masih wajar. Tapi, saya pernah menunggu seseorang hingga 45 menit. Alhasil, karena sudah janjian dan sudah umum ditemui kalau orang di Indonesia tidak tepat waktu, saya harus bersabar menghadapinya. Biasa, jam karet dengan berbagai alasan yang dilontarkan.

Bagaimana kalau datang terlambat di Belanda? Saya sendiri belum pernah mencoba sengaja terlambat jika janjian dengan orang Belanda. Tetapi tekanan untuk datang tepat waktu itu sedikit berkurang ketika janjian dengan orang Indonesia yang bermukim di Belanda. Mereka sudah tahu dengan kebiasaan jam karet di Indonesia. Minggu lalu, saya diundang makan di rumah keluarga Om Yon dan Tante Indah yang sudah lama bermukim di Belanda. Saya mencoba datang tepat waktu, tetapi karena saya harus mengayuh sepeda sekitar 7 km, saya datang terlambat 10 menit. Setiba di lokasi, saya heran, kok rumah Om Yon masih sepi padahal banyak yang diundang sementara tuan rumah sudah menunggu dengan pakaian rapi. Saya jadi tamu pertama yang datang sementara tamu yang lain datang 15 menit kemudian bahkan ada yang lebih. Om Yon dan Tante Indah sudah menyadari kebiasaan tamu-tamu yang diundangnya.

Ketika beberapa hari baru tiba di Maastricht bulan April lalu, suatu kali saya dan teman-teman janjian dengan Tante Jane, orang Indonesia yang menikah dengan orang Belanda, Om Donny. Karena ada sesuatu hal, kami datang terlambat. Sambil menyindir dan menasihati, Tante Jane berkata supaya dibiasakan tepat waktu. Dengan santai juga, Om Donny yang sangat akrab dengan kami juga bercanda dengan berkata, "Biasa, orang Indonesia...jam karet!"

Inilah salah satu pelajaran penting yang saya peroleh di Belanda. Di sini, saya betul-betul dilatih untuk berdisiplin pada waktu. Dalam sebuah lingkungan yang disiplin, saya dibentuk menjadi pribadi yang menghargai waktu. Ketika sudah menyetujui waktu ketemuan, maka saya berusaha datang tepat waktu. Saya juga mulai berangkat dan datang lebih awal untuk mengantisipasi kalau ada sesuatu hal yang terjadi, ban bocor misalnya. Seperti hari Rabu pagi kemarin. Ketika mengambil sepeda di tempat parkir, ban depan saya kempis tanpa berisi udara. Saya harus mengambil pompa dan memompa ban tersebut. Untung tidak bocor. Beruntung, saya masih bisa mengejar waktu sehingga saya datang beberapa menit sebelum kuliah dimulai.

Suatu waktu ketika di kereta, saya berbincang dengan seorang Belanda. Dia berkata pernah janjian dengan orang Indonesia. Katanya, orang Indonesia suka te laat (Ternyata telat berasal dari Bahasa Belanda) kalau sudah janjian. Tepat waktu berarti precise. Terlambat 2 atau 3 menit bahkan lebih berarti sudah te laat. Sebagai orang Indonesia, saya membela Indonesia dengan menjawab tidak semua orang Indonesia. Masih ada orang Indonesia yang disiplin dan tepat waktu kok. Mungkin juga karena setelan jam yang berbeda beberapa menit. Maka itu, penting juga menyamakan waktu supaya tidak terdapat perbedaan interpretasi waktu.

Semoga pengalaman saya ini mampu menggugah.

Groningen, 6 Oktober 2011

Jam 7 pagi ketika langit masih gelap, diiringi angin yang kencang dan hujan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun