Pekerjaaan ini umumnya tidak banyak yang menyukainya. Sebut saja Dosen atau Guru tapi saya lebih suka menyebutnya Pendidik. Pendidik di zaman sekarang dituntut untuk bisa mengajar, berbagi informasi di dalam dan di luar kelas, bisa media digital yang dalam arti memahami media dan aplikasi dalam bentuk Microsof Office meliputi Word, Excel atau Power Point dan program lainnya, kemampuan berbahasa asing, bisa berkomunikasi dengan baik, dan bisa mengaplikasikan teori pada dunia usaha.Â
    Pendidik pada masa ini sekurang-kurangnya lulusan Pascasarjana (Master Degree) dengan Indek Prestasi Kumulatif (IPK) di atas standar. Saat ini digalakkan untuk mengecap pendidikan yang lebih tinggi. Tanpa terkecuali saya, harus ikut menempuh pendidikan menuju program Doktor (Doctor Degree). Saya memilih perkuliahan di Medan saja walaupun sebelumnya sempat mengitari pulau lain untuk mendaftar. Saat sekarang sudah tersedia beasiswa khusus Dosen yang bisa kita ajukan, menang atau kalah yang penting sudah berusaha.
    Nah, kita tolak mundur pada awal memutuskan untuk kuliah S2 dan meninggalkan pekerjaan yang baik (saat itu sudah ada jabatan) dan memulai dari nol. Menjadi dosen tidaklah mudah karena kita harus serba bisa (saya sebut ini memutar otak dan menjawab dengan benar dalam tempo singkat). Perlu juga semangat pantang menyerah dalam segala kondisi.Â
    Pertama kali menjadi dosen mendapat honor cukup makan (karena honor disesuaikan dengan jam mengajar, semakin banyak ngajar uang nya semakin banyak --> tapi ini pemikiran yang salah). Katanya teman-teman menjadi pendidik itu honornya kecil. Kebanyakan pendidik itu ngajar di mana-mana (dimana-mana ada).Â
    Tips dan trik menjadi pendidik (menurut saya,
abaikan jika tidak sesuai dengan anda):Â
1. Lulusan S2 atau S3
2. Bisa berbahasa asing
3. IPK standar
4. Siap belajar terus menerus