Satu malam saya berhenti di lampu merah. Di depan saya ada beberapa gedung tinggi dan dari jauh tampak ada beberapa lantai yang lampu ruangannya masih menyala. Waktu itu hari minggu sekitar jam 7 malam dan saya sedang dalam perjalanan ke gereja untuk bertugas. Tidak ada yang spesial dari ruangan di salah satu gedung yang lampunya menyala itu. Saya cuma bergumam dalam hati, "hari minggu kog masih kerja". Setelah lampu hijau menyala, saya tancap gas motor dan melupakan kepingan pengalaman itu. Saat masuk ke gereja, dari mimbar koor saya melihat ada orang yang sedang berdoa khusuk, yang lain sedang duduk sambil menatap ke arah altar. Tidak ada yang spesial, hanya kepingan rutinitas hari Minggu yang sudah berulangkali saya lihat.Â
Saat pulang pun demikian. Ada banyak orang yang saya temui dengan rutinitas yang biasa-biasa saja. Di mata mereka, saya yang sedang berkendara di atas motor pun tampak biasa-biasa saja, hanya bagian dari kerumunan manusia dengan aktivitas masing-masing. Tidak ada yang spesial. Hal ini terjadi berulang-ulang dalam rutinitas hidup saya setiap hari. Namun, setelah merenung beberapa saat, saya menyadari hal ini. Bagi saya, lampu ruangan di salah satu gedung yang menyala tidak ada artinya. Tapi bagi orang yang ada dalam ruangan di gedung itu, hal itu sangat menentukan. Lampu yang menyala itu mungkin sedang menerangi dia yang sedang menyiapkan projek penting bagi kelangsungan karirnya besok. Bagi saya, orang yang sedang berdoa di gereja itu tidak ada spesialnya. Tapi bagi orang yang sedang berdoa di gereja tersebut, malam itu akan menjadi sangat panjang. Ada keluarganya yang sedang sakit parah dan harapan hidupnya tinggal sebentar saja. Dia berdoa mohon kekuatan di sisa waktu itu. Bagi saya, orang yang duduk tenang itu tak ada bedanya dengan yang lain. Tapi, siapa yang tahu kalau sebelum ke gereja orang itu baru mendapatkan kabar dia diterima masuk di universitas nomor satu dunia. Semuanya tidak tampak di mata saya. Tapi setiap orang yang saya temui tadi merasakan momen-momen itu atau momen momen sebelum nya sebagai sesuatu yang sangat eksistensial. Di hadapan saya mereka cuman kepingan pengalaman yang cuman muncul sesaat dan hilang kemudian.Â
Di hadapan mereka, mungkin saya juga dipandang demikian. John Koenig merumuskan ini dengan sebuah kata epik, yaitu sonder. Sonder adalah " --- , , , --- , ' , , , , " (Kesadaran bahwa setiap orang asing yang lewat secara acak memiliki kehidupan yang sama nyata dan rumitnya seperti hidup Anda sendiri---dipenuhi dengan ambisi, teman, rutinitas, kekhawatiran, dan kegilaan yang diwariskan---sebuah kisah epik yang berlangsung diam-diam di sekitar Anda. Seperti sarang semut yang menjalar jauh di bawah tanah, kehidupan ini memiliki lorong-lorong rumit yang terhubung dengan ribuan kehidupan lain yang tak pernah Anda ketahui keberadaannya. Dalam cerita mereka, Anda mungkin hanya muncul sekali: sebagai figuran yang menyeruput kopi di latar belakang, sebagai bayangan lalu lintas yang melintas di jalan raya, atau sebagai jendela bercahaya di kala senja).Â
Bagi Koenig, setiap orang yang muncul sebagai kepingan kecil dalam pengalaman hidup kita punya banyak kisah yang tidak kita ketahui. Kita mungkin menganggap mereka membosankan atau bahkan hanya melihat mereka sambil lalu tanpa ambil serius. Tapi hidup mereka jauh lebih kompleks dari sekadar yang tampak di hadapan kita. Ada suka, duka, pahit, getir, bahagia, sedih yang terpendam tanpa terucap atau pun terjadi tanpa terlihat. Mungkin setelah ini saya akan berhadapan dengan orang-orang membosankan yang melewati lini masa media sosial saya dan saya bergumam, "Bosan lihat postingan dia terus", atau bahkan ada yang lebih menyebalkan dan membuat saya harus mengumpat atau bahkan mengutuk orang tersebut. Tapi yang perlu saya saya sadari adalah bahwa cerita tentang kisah hidup orang lain tidak hanya mencakup apa yang tampak di hadapan saya. Ada banyak jaringan pengalaman yang tidak saya lihat. Saya belajar satu hal. Orang lain tidak semembosan/menyebalkan seperti yang tampak di mata saya. Begitu pula saya pun tidak sebaik dan menyenangkan itu di mata orang lain. Tapi yang pasti, setiap kita memiliki cerita unik yang tidak terucap, mungkin tersembunyi dan tak pernah diketahui orang lain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI