Mohon tunggu...
Ekky Widiyanto
Ekky Widiyanto Mohon Tunggu... Relawan - Penulis

Bukan seorang pengamat prefesional, hanya seseorang yang peduli akan kemajuan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Benarkah Sandiaga Hanya Bersandiwara?

14 Desember 2018   17:56 Diperbarui: 14 Desember 2018   18:04 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Strategi blusukan dalam kampanye politik sedang digandrungi oleh banyak orang khususnya mereka yang akan duduk di kursi pemerintahan. Strategi ini mulanya dipopulerkan oleh Joko Widodo saat mencalonkan diri sebagai Wali Kota Solo. Strategi kampanye ini dinilai cukup efektif untuk memperoleh simpati karena dapat bertatap muka serta merasakan  langsung kondisi yang ada di masyarakat. Menjelang  pemilihan presiden Indonesia 2019, strategi ini juga dilakukan oleh kedua pasangan kandidat, baik nomer urut 01 maupun 02.

Di nomer urut 01, strategi ini kembali digunakan sang empunya yaitu Presiden Joko Widodo. Meskipun sibuk dengan pekerjaanya, ia tetap melakukan blusukan demi menyapa masyarakat serta mempertahankan elektabilitasnya. 

Di pihak oposisi strategi ini juga digunakan oleh Cawapres nomor urut 02 yaitu Sandiaga Uno untuk berkampanye. Ada yang menarik dari kegiatan blusukan pasangan kandidat nomer urut 02 ini, dalam beberapa kali kesempatan Sandiaga Uno kerap mengunjungi pasar tradisional sebagai tempat blusukannya. 

Dalam kesempatan tersebut, tim mereka sering kali mengungkapkan kondisi ekonomi yang semakin memburuk. Hal ini pernah diungkapkan oleh Sandiaga yang menyebutkan bahwa ukuran tempe saat ini tipisnya hampir sama dengan kartu ATM. Menanggapi hal tersebut, Presiden Jokowi tidak tinggal diam. Ia berhasil menyanggah pernyataan Sandiaga tersebut dengan melakukan blusukan di sejumlah pasar tradisional.

Disisi lain, dalam beberapa kali kesempatan tim kandidat nomer urut 02 seringkali ditolak untuk berkunjung dan melakukan kampanye di lingkungan warga. Yang terbaru, saat melakukan kampanye di Pasar Kota Pinang, Labuan Batu, Sumatera Utara. Disalah satu kios pedagang, terpasang poster yang bertuliskan, "Pak Sandiaga Uno Sejak Kecil Kami Sudah Bersahabat, Jangan Pisahkan Kami Gara-gara Pilpres, Pulanglah". 

Menanggapi hal tersebut, Sandiaga tidak terlihat gusar, justru merangkul orang yang bernama Drijon Sitohang yang diketahui sebagai pemilik kios serta oknum pemasang poster tersebut. Diketahui bahwa Drijon adalah seorang pendukung  Jokowi. Menanggapi hal tersebut Sandi tidak mempermasalahkan pilihan Drijon tersebut dan menegaskan bahwa kedatanganya ke pasar tersebut  tak akan memisah-misah dan semata-mata  hanya untuk menyerap aspirasi rakyat. Hal tersebut kemudian viral setelah Sandiaga memposting hal tersebut melalui instagram pribadinya yang kemudian dimuat oleh media nasional.

Viralnya berita tersebut kemudian mendapat berbagai respon dari masyarakat. Menurut Pengamat Komunikasi Politik dari Univ Pelita Harapan (UPH), Emrus Sihombing, Sandiaga memiliki kemampuan verbal dan non verbal yang menonjol saat berkampanye. Sandi dianggap dapat meyesuaikan dengan konstituen yang sedang ia sapa. 

Berbeda dengan pernyataan tersebut, kubu Jokowi menilai bahwa Sandiaga telah memalsukan poster penolakan tersebut. Sandi lantas dituduh playing victim (mengambil peran sebagai korban) untuk mendulang simpati masyarakat serta mendongkrak elektabilitasnya. Menariknya, istri Drijon sendiri kabarnya mengaku bahwa mereka telah dibayar untuk memasang poster tersebut. Sontak, hal tersebut kemudian heboh di media sosial Twitter yang dihebohkan oleh video lokasi pemasangan poster dan bukti bahwa tim pemenangan Prabowo-Sandi yang mendalangi pemasangan poster tersebut.

Melihat hal tersebut penulis ingat dengan kejadian hoax Ratna Sarumpaet yang digunakan oleh pihak oposisi untuk menyerang petahana. Strategi poster ini menurut penulis merupakan versi halus dari strategi hoax tersebut. Jika benar bahwa hal tersebut merupakan settingan, maka hal tersebut merugikan pihak oposisi karena semakin menambah deretan kegagalan strategi perang politik dengan petahana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun