Mohon tunggu...
Wilkar Loisoklay
Wilkar Loisoklay Mohon Tunggu... Jurnalis

Saya seorang jurnalis sekaligus pengajar Pendidikan Pancasila pada tingkat sekolah menengah. Berminat pada politik, agama, hukum, dan filsafat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kontroversi Pandangan NU dan Muhammadiyah di Indonesia

3 Mei 2025   17:29 Diperbarui: 3 Mei 2025   17:29 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) merupakan dua organisasi Islam terbesar di Indonesia yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan keagamaan, sosial, dan politik. Meski sama-sama berlandaskan ajaran Islam dan bertujuan untuk memajukan umat, keduanya memiliki perbedaan mendasar dalam pendekatan keagamaan, terutama dalam hal ijtihad, tradisi, dan praktik ibadah. Perbedaan ini kerap kali menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat.

Perbedaan Pendekatan Keagamaan

Muhammadiyah dikenal dengan pendekatan purifikasinya terhadap ajaran Islam. Organisasi ini menekankan pentingnya kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah yang sahih, serta menolak praktik-praktik yang dianggap bid'ah (inovasi dalam agama), khurafat (takhayul), dan tahayul (mistisisme berlebihan). Dalam hal ini, Muhammadiyah lebih rasional dan modernis, dengan banyak merujuk pada ijtihad ulama salaf dan pemikir Islam modern seperti Muhammad Abduh dan Rashid Rida.

Sebaliknya, NU lebih menekankan pada pelestarian tradisi Islam Nusantara yang telah berakar kuat dalam masyarakat, termasuk amalan-amalan seperti tahlilan, yasinan, ziarah kubur, dan maulidan. NU mengusung pendekatan fiqh bermadzhab, terutama madzhab Syafi'i, dan sangat menghormati otoritas ulama klasik dalam kitab-kitab turats (warisan keilmuan Islam tradisional).

Kontroversi dalam Praktik Keagamaan

Salah satu titik kontroversi mencolok adalah seputar amalan-amalan keagamaan yang dianggap "tidak ada dasarnya" dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Muhammadiyah misalnya menolak pembacaan tahlil untuk orang yang sudah wafat, sementara NU memandangnya sebagai bentuk doa yang bermanfaat dan bagian dari tradisi Islam yang sah. Demikian pula, peringatan Maulid Nabi yang dianggap sebagai bid'ah oleh sebagian kalangan Muhammadiyah, justru dirayakan secara meriah oleh warga NU sebagai bentuk kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW.

Perbedaan Pandangan tentang Negara dan Politik

Di bidang sosial-politik, NU cenderung lebih fleksibel dan akomodatif terhadap kebijakan negara, selama tidak bertentangan dengan prinsip dasar Islam. Sementara Muhammadiyah lebih kritis dan sering menekankan pentingnya independensi dakwah dari kekuasaan politik.

Dampak Sosial dan Kesadaran Umat

Perbedaan ini, meskipun kerap menimbulkan polemik di masyarakat, juga menunjukkan kekayaan intelektual Islam di Indonesia. Perselisihan pandangan ini sebenarnya bisa menjadi kekuatan jika dikelola secara bijak. Kedua organisasi memiliki kontribusi besar dalam pendidikan, kesehatan, dan kemanusiaan.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun