Mohon tunggu...
Muhammad WildanAnisykurlillah
Muhammad WildanAnisykurlillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hubungan internasional UPN Veteran Yogyakarta

Seorang manusia yang suka menganalisis sekitar dan belajar dari yang lalu.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penyelenggaraan ICE 2016 oleh PPIM sebagai Diplomasi Warga Indonesia

2 April 2023   16:58 Diperbarui: 2 April 2023   17:07 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Diplomasi di era modern saat ini mengalami perkembangan dalam berbagai hal, terkhusus di bidang aktor yang melakukan. Saat ini, aktor yang ikut serta dalam diplomasi bukan hanya dari pihak pemerintahan, IGOs, NGOs, dan MNCs saja. Namun, juga terdapat warga yang ikut serta secara langsung dan menjadi salah satu jenis diplomasi yang bernama diplomasi warga. Kehadiran warga dalam ranah diplomasi, merupakan hasil dari globalisasi yang berkembang semakin luas dan menghubungkan antar manusia melintasi batas negara. Warga tidak perlu melewati pihak ketiga (pemerintahan) dan langsung dapat berinteraksi dengan luar negara baik secara pemerintahan (warga-pemerintahan) maupun antar warga (warga-warga).

Berkaitan dengan diplomasi warga, disini penulis menggunakan studi kasus “Penyelenggaraan Indonesia Culture Expo (ICE) oleh Persatuan Pelajar Indonesia Malaysia (PPIM) di tahun 2016” sebagai salah satu bentuk penerapan dari diplomasi tersebut.

Dengan terselenggaranya acara tersebut, terlihat bahwa diplomasi Indonesia telah mengalami perkembangan dengan baik karena diplomasi yang terjadi bukanlah hanya dilakukan oleh pemerintah Indonesia saja, namun warganya dapat ikut campur secara langsung dalam diplomasi dunia internasional mewakili Indonesia. Selain itu, studi kasus tersebut menjadi menarik bagi diplomasi Indonesia karena Pemerintah Indonesia memberikan kesempatan untuk masyarakatnya ikut serta dalam memperkenalkan kearifan lokal Indonesia di kancah internasional. Pemerintah Indonesia terlihat telah dapat menangkap perkembangan globalisasi yang menguntungkan banyak pihak terkhusus untuk masyarakat.

Indonesian Culture Expo (ICE) 2016 yang diselenggarakan oleh Persatuan Pelajar Indonesia Malaysia (PPIM) merupakan diplomasi Indonesia (bidang diplomasi warga) yang berbentuk diplomasi jaringan (network diplomacy) jika dilihat berdasarkan aktor diplomasi dengan pilihan klub/jaringan diplomasi,

Hal tersebut dapat terjadi karena terdapat kesesuaian acara tersebut dengan faktor faktor yang menjadi penentu suatu diplomasi itu adalah diplomasi jaringan, seperti jumlah pemain yang ikut serta banyak, strukturnya adalah datar, kebanyakan menggunakan mulut, transparansi tinggi, dan tujuannya adalah meningkatkan hubungan bilateral.

Penyelenggaraan acara tersebut tentu membutuhkan panitia dalam jumlah banyak. Panitia-panitia tersebut secara tidak langsung juga ikut menjadi diplomat dalam memperkenalkan kebudayaan Indonesia. Kemudian, mengenai strukturnya yang datar adalah PPIM sebagai organisasi yang mewadahi para pelajar Indonesia di Malaysia, juga merupakan organisasi warga karena pelajar Indonesia termasuk dalam warga Indonesia bidang pendidikan. Apa yang dilakukan PPIM dengan diplomasi warganya yang memiliki sasaran kegiatan berupa mempromosikan budaya dan keindahan Indonesia kepada rakyat Malaysia pada umumnya, dapat dilihat sebagai hubungan yang sejajar karena sama sama warga dalam negara masing masing (warga Indonesia (pelajar)-warga Malaysia secara umum). Penggunaan mulut yang dimaksud adalah saat acara terlaksana akan lebih banyak menggunakan mulut untuk saling bertukar informasi daripada penggunaan tulisan yang berada di awal awal sebelum acara. Transparansi terlihat dengan tinggi, maksud tinggi adalah tujuan, waktu, dan hal hal teknis lainnya yang berkaitan acara tersebut untuk diplomasi, terlihat jelas tanpa ditutup-tutupi.

Terakhir, adanya persamaan antara tujuan acara (walau tidak secara langsung) dengan tujuan diplomasi jaringan yang berupa meningkatkan hubungan bilateral. Dengan memperkenalkan kebudayaan Indonesia, hal tersebut dapat membuat masyarakat Malaysia mengerti kebudayaan Indonesia dan pada masyarakat Malaysia ada keinginan untuk belajar/berkunjung terhadap kebudayaan-kebudayaan terkait. Tentu, kunjungan-kunjungan positif dan secara terus menerus dapat mempererat hubungan Indonesia dan Malaysia dalam warga.

Sedangkan berdasarkan Karakteristik Diplomasi di abad 21, acara ICE 2016 oleh PPIM berada di bagian bilateral dan beraktor masyarakat sipil[3]. Dari 5 aspek, hanya 2 aspek saja yang sesuai dengan ICE 2016 oleh PPIM. Berada di bagian bilateral memiliki maksud bahwa PPIM yang merupakan perwakilan non negara dari Indonesia berada di wilayah negara lain, yaitu Malaysia. 

Hubungan antara negara pengirim warga dengan penerimanya adalah hubungan interaksi antara 2 negara, sehingga bisa disebut bahwa ICE 2016 oleh PPIM merupakan diplomasi bilateral. Kemudian, mengenai aktor masyarakat sipil adalah PPIM yang merupakan para pelajar termasuk juga dalam masyarakat Indonesia namun berada di luar negeri (Malaysia). Berkaitan dengan konsep diplomasi warga, ICE 2016 oleh PPIM merupakan salah satu bentuk dari penerapannya karena pelaksanaan  ICE 2016 diprakarsai oleh PPIM yang merupakan organisasi non pemerintah. PPIM hadir sebagai aktor non negara dalam dunia internasional dan langsung dapat melakukan diplomasi tanpa harus melewati negara/pemerintahan. Selain itu, PPIM juga ikut serta dalam mensukseskan diplomasi Indonesia dengan menyelenggarakan ICE yang bertujuan untuk mempromosikan budaya dan keindahan Indonesia kepada rakyat Malaysia pada umumnya. ICE juga merupakan acara rutin tahunan oleh PPI Malaysia, sehingga terlihat juga semangat untuk selalu mengenalkan budaya dan keindahan Indonesia karena terlihat konsisten.

Diplomasi warga menjadi alternatif selain melalui diplomasi konvensional untuk menyukseskan diplomasi Indonesia. Diplomasi warga semakin terlihat seiring dengan perkembangan teknologi dan globalisasi. Diplomasi warga menjadi diplomasi jaringan karena banyak aktor yang terlibat didalamnya (yaitu individu), bukan hanya pejabat resmi saja yang melakukannya (diplomasi klub). Diplomasi warga dapat menjadi alternatif bila terdapat keterbatasan dalam diplomasi resmi. Interaksi antar warga negara merupakan salah satu bentuk diplomasi warga juga karena membawa nama masing-masing negara, baik itu kebudayaannya, politiknya, dan hal lainnya.

Mengenai perkembangan diplomasi Indonesia dalam bidang warga, tentu juga mengalami tantangan, masalah, hambatan, tapi juga memberikan capaian. Tantangannya adalah komitmen terhadap masing-masing individu untuk terus memperkenalkan kebudayaan Indonesia karena individu-individu tersebut tidak diikat satu sistem pemerintahan. Seiring perkembangan, tentu individu-individu tersebut juga akan semakin bertambah kesibukannya dan menyebabkan tidak ada kesempatan untuk ikut serta dalam mempromosikan kebudayaan Indonesia. Untuk hambatannya adalah keuangan karena dapat dilihat bahwa keuangan yang dibutuhkan masih kurang (dibuktikan dengan adanya tiket masuk yang berbayar).  Sedangkan untuk capaiannya adalah terlaksana acara tersebut dengan penggagasan oleh masyarakat sipil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun