Kadang aku mikir, mungkin hidup memang sebuah panci besar yang tengah mendidih. Dalam panci itu, ada kaldu patriarki, garam diskriminasi, merica sinisme, daun salam standar ganda, dan gula bias gender. Sementara perempuan --- yang katanya tak boleh punya mimpi lebih luas dari ukuran piring --- tengah diaduk-aduk sambil mencari rasa manusiawi yang tak kunjung matang.
Ini bukan soal melawan laki-laki, tapi melawan ukuran piring yang diberlakukan pada mimpi-mimpi manusia. Mengapa mimpi perempuan harus diberi takaran? Mengapa peran perempuan harus diberi resep? Mengapa saat diberi buku malah dianggap lebih berguna jika belajar memasak? Mengapa saat diberi peluang malah diberi serbet?
Padahal, mimpi tak punya ukuran piring. Mimpi punya sayap, akar, akar-akarnya dapat menembus beton sekalipun, mencari cahaya di bawah lapisan aspal, lalu mekar menjadi bunga matahari di tengah padang yang gersang. Dalam pikiran perempuan terdapat galaxy ide, sebuah tata surya yang tak terbatas, lebih luas dari dapur yang katanya menjadi takdirnya.
Kalau peradaban memang tengah dimasak, ya harus diberi bumbu kesetaraan, diberi kaldu keadilan, diberi rempah manusiawi, sehingga rasanya lebih enak, lebih bergizi, lebih manusiawi --- bukan malah diberi penyedap ajinomoto patriarki yang bikin perut mulas. Dengan hati yang melawan, pikiran yang tak terkurung, dan perlawanan yang tak kenal lelah, perempuan juga punya resep rahasia untuk membuat peradaban lebih matang --- lebih manusiawi --- lebih hidup.
Jadi, saat kau bilang mimpi perempuan hanya soal piring dan panci, mungkin kau memang tengah memasak masa lalu. Sedangkan perempuan tengah memanggang masa depan --- memanggangnya lebih matang, lebih garing, lebih renyah--- sambil sesekali diberi taburan garam perlawanan dan sejumput cabai kesetaraan.
Ini bukan saatnya menjadi koki yang patuh, tapi saatnya menjadi koki revolusioner. Mengaduk nasib, memanggang mimpi, dan menyajikan sebuah peradaban yang tak melulu satu resep saja.
---
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI