Misal anak anda sedang suka belajar bahasa, biarkan dia belajar sesukanya, beri kan sarana pendukung dan beri semangat mereka agar bisa menguasai bahasa itu dengan baik.
Jika anak anda suka menjahit, atau membuat pernak pernik, sediakan semua kebutuhan mereka, Dan biarkan mereka berkreasi di masa BDR.
Ketika sekolah tutup dan anak-anak harus bersekolah di rumah, merupakan momentum yang tepat untuk membina karakter anak-anak. menanamkan kemandirian, kreatifitas, berpikir kritis, dan meningkatkan semangat beribadah bersama, misal sholat berjamaah sekeluarga.
Daripada memaksa anak-anak untuk menguasai pelajaran di sekolah yang sebenarnya sih, nggak semua akan mereka gunakan dalam hidup mereka kelak.
Jadi buat suasana rumah damai, tenang dan nyaman. Isi saat makan bersama sebagai ajang untuk. berdiskusi, dalam suasana yang menyenangkan, tentang masalah-masalah terkini. Bagaimana pendapat mereka, dan ajak mereka untuk menilai suatu peristiwa atau kejadian.
Efeknya ke depan apa dan sebagaimannya. Anak-anak diajak berpikir kritis, agar bisa membedakan mana yang benar mana yang salah, mau mengikuti trend, atau menjadi diri sendiri.
Ketika kemandirian telah terbangun, orangtua tak perlu mengingatkan dan menguras emosi untuk menyuruh anak-anak belajar, Semangat belajar akan tumbuh dengan sendirinya, mengerjakan tugas sendiri, dengan rasa senang dan tanpa keterpaksaan.
Karena mereka telah mengerti arti tanggung jawab. Tanggung jawab terhadap hidup dan masa depan mereka sendiri.
Sedikit berbagi pengalaman.Ketika anak-anak saya masih di usia sekolah dasar dan menengah, tak pernah sekalipun saya memaksa mereka untuk belajar atau harus memperoleh nilai bagus. Mereka bebas kapan menetukan waktu belajar, berapa lama mereka belajar, dan apa yang akan mereka pelajari. Bahkan kalau mereka sedang malas sekolah, saya ijinkan mereka untuk membolos. Dan biasanya anak-anak malah ga jadi membolos.
Ketika mereka malas belajar dan mendapat nilai jelek ketika ulangan, saya hanya bilang, ya wajar mendapat nilai segitu, kan memang ga belajar. Saya marah? Enggak, saya tak pernah marah. Ketika anak-anak mengikuti suatu lomba tertentu dan kalah.
Saya hanya bilang, ya wajarlah, namanya lomba ada yang kalah ada yang menang. Tak ada celaan, tak kritik, tak ada judging.