Mohon tunggu...
Wiji Pasiani
Wiji Pasiani Mohon Tunggu... Lainnya - Sedang Belajar Menulis

Alhamdulillah atas segala nikmat yang Allah berikan, i'm alive.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Komunikasi sebagai Proses Akulturasi Budaya Kaum Urban di Area Hong Kong

29 Juni 2022   17:01 Diperbarui: 29 Juni 2022   17:03 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

KEBUDAYAAN SEBAGAI PROSES AKULTURASI BUDAYA KAUM URBAN DI AREA HONG KONG 

Seperti yang kita tahu bahwa Hong Kong merupakan salah satu dari sekian area yang tepat bagi orang-orang yang mempunyai passion dalam mengembangkan suatu bisnis. 

Di Hong Kong terdapat banyak etnis antara lain Tiongkok, Filipina, Pakistan, orang-orang Barat, Afrika dan tidak sedikit pula para pekerja migran Indonesia yang bertujuan untuk mencari penghidupan yang lebih baik. 

Dalam kaitannya dengan keberadaan berbagai etnis, maka antara satu individu dengan individu lain tentu membutuhkan komunikasi. Setiap individu tidak dapat hidup sendiri, selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Samovar dan Potter (2004) bahwa komunikasi antar budaya terjadi karena beberapa faktor yang sangat dominan. Faktor-faktor tersebut antara lain karena faktor pertumbuhan penduduk di dunia yang semakin meningkat yakni sejak abad 20 hingga abad ke 21 ini, karena faktor ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sebagai contoh penggunaan gadget, laptop, smartphone di kalangan anak-anak di bawah umur hingga orang tua mampu menggunakannya, karena faktor globalisasi yang berdampak pada berbagai bidang baik itu bidang pendidikan, bidang budaya, bidang poilitik dan seterusnya, karena faktor adanya konflik antar Negara seperti yang terjadi saat ini yaitu konflik invasi antara negara Rusia ke Negara Ukraina. Sebagai kaum pendatang di negri orang, tentu setiap individu mempunyai latar belakang budaya, bahasa, agama, norma-norma yang berbeda. 

Sebagai contoh yaitu PMI (Pekerja Migran Indonesia), meskipun sudah dibekali pendidikan bahasa Kanton (merupakan bahasa nasional Hong Kong yang diakui secara de facto) selama di penampungan, namun saat bekerja di majikan tentu akan mengalami hambatan dalam berkomunikasi. Tidak sedikit yang mengalaminya. 

Komunikasi tidak hanya dilakukan secara verbal namun juga secara nonverbal, apalagi ditunjang bahasa yang jelas-jelas berbeda dan bukan merupakan mother tounge / (bahasa ibu). Dalam kaitannya dengan komunikasi antar budaya, para komunikator dengan komunikan yakni antara majikan dengan PMI dipertemukan pada situasi dan kondisi dimana bahasa mereka ditunjukkan dengan sandi. 

Misalnya majikan bertanya kepada asistennya: "apakah kamu sudah makan?" maka pertanyaan itu jika diubah ke komunikasi nonverbal akan diikuti dengan gerakan tangan seperti telunjuk menunjuk ke arah asisten diikuti dengan gerakan jari tangan menggenggam dan diarahkan ke mulut (dalam bahasa Jawa, jari tangan menggenggam maksudnya "muluk" atau makan tanpa menggunakan sendok). 

Maka si asisten akan menjawab bahasa nonverbal yaitu dengan anggukan yang berarti sudah makan atau gelengan yang menandakan belum makan. Seperti yang dikemukakan diawal, bahwa komunikasi antar budaya akan pasti mengalami hambatan. 

Dalam mengatasi hambatan tersebut, hal yang harus dilakukan oleh kedua belah pihak baik komunikator yakni majikan dengan komunikan yaitu asisten harus saling memahami perbedaan, dalam berkomunikasi hendaknya menggunakan bahasa yang sederhana, sebaiknya komunikasi dilakukan secara tatap muka sehingga dapat saling memperhatikan gesture masing-masing.

Budaya dan bahasa memang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Budaya terbentuk dari berbagai unsur salah satunya adalah bahasa, sementara bahasa sendiri merupakan piranti untuk mengekspresikan gagasan atau pendapat dalam melanggengkan kebudayaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun