Wajah mereka lemas, tak bergairah, murung. Semua terpancar jelas dari wajahnya. Mereka kesal kepadmu. Engkau yang lebih mengutamakan kepentingan pribadimu, engkau yang sibuk membesarkan namamu diluaran sana, engkau yang tak ada waktu untuk mahasiswamu.Â
Sebenarnya gelar akademisimu itu untuk apa?. Buakankah itu untuk mengabdi demi memajukan dunia pendidikan?. Atau hanya sebagai jalan untuk menaikkan popularitasmu diluaran sana?.
Pertanyaan itu muncul begitu saja saat aku melihat wajah murung para seniorku. Aku tahu jika hanya dari gajimu, mungkin tidak akan cukup untuk menghidupi keluargamu dengan kehidupan yang mewah tapi cukup untuk kehidupan yang sederhana.Â
Jika itu adalah alasannya bukankah sejak engkau memilih profesi sebagai dosen tujuan utamanya bukan untuk kemewahan?. Engkau memilih profesi ini adalah karena pengabdian dan keinginan untuk memajukan pendidikan bukan!.
Kemewahan. Memang menjadi hal yang sangat menggiurkan bagi sebagian besar orang. Tidak terkecuali bapak-ibu dosen yang terhormat. Karena kemewahan yang menggiurkan inilah hingga korupsi tinggi didalam lingkungan kampus.Â
Tidak jarang seorang rector yang ditahan karena korupsi dana ini dan dana itu, tidak jarang pula untuk memuluskan langkah sang rector, dosen dan staf pegawagai disogok. Hal semacam ini sudah banyak kita temui, pemberitaannya ada aja di media online, media cetak, dan berbagai macam media lainnya.
Akibat dari semua itu akhirnya mahasiswalah yang terkena dari dampaknya, karena selalu mengejar kemewahan mahasiswa ditinggal. Dosen tidak masuk, dosen hanya memberi tugas, dosen yang tiba-tiba mengubah jadwal perkuliahan, dan lain sebagainya.
Bapak-Ibu dosen, aku rindu diskusi, aku rindu duduk bersama, aku rindu berbincang tentang semua hal yang terjadi disekita kita, aku rindu menyeruput kopi hitam sembari bercanda gurau membahas semua kelucuan yang terjadi di Negara ini.