Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Bunga Tak Pernah Bersuara

18 Maret 2021   09:34 Diperbarui: 2 April 2021   19:30 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
DOKUMENTASI PRIBADI

Bunga Tak Pernah Bersuara. Bunga dicium akan diam saja. Bunga beraneka warna dan membuatnya terlihat cantik jelita.  siapa saja akan kagum mlihatnya dan ingin memetiknya. Itulah bunga yang tak pernah bersuara, tapi kita merasakan keberadaannya.                

Membaca tulisan Gede Prama di koran Kompas, Rabu 25 Maret 2009 sungguh sangat menyejukkan hati. Tulisannya sudah lama sekali, tetapi masih relevan hingga saat ini. Ada beberapa kalimat yang membuat saya terhanyut untuk membuat tulisan baru kali ini. Ada bait kalimat yang membuat saya tersadarkan akan sebuah rahasia hidup ini. RAHASIA HIDUP MANUSIA SEBELUM MATI.

Bunga mekar mewakili keindahan. Namun, seberapa indah pun bunga, beberapa waktu kemudian harus ikhlas menjadi sampah. Dan, baik tatkala diberi sebutan indah maupun sebutan sampah, bunga tidak pernah bicara. Siapa yang hidupnya mengalir sempurna dari bunga (sukses, dipuja) menjadi sampah (gagal, dicerca), kemudian (bila bisa mengolahnya) menjadi bunga lagi, ia sudah membuka salah satu pintu rahasia.

Kalimat ini begitu mendalam dalam perjalanan hidup manusia. Banyak manusia yang hanya mengejar kekayaan dan kekuasaan. Seolah-olah kesuksesan hidup hanya terukur oleh banyaknya harta yang dimiliki dan kewenangan yang tak terbatas. Bukankah kekayaan dan kekuasaan tak membuat orang bahagia? Bukankah kebahagiaan itu terletak di hati dan bukan menumpuk di banyaknya harta benda yang dimiliki? Apalagi banyaknya kekuasaan yang berada digenggaman? Lalu mengapa begitu banyak orang memperebutkan kursi kekuasaan? Mereka menggunakan berbagai macam cara demi untuk berkuasa.

Oh, alangkah indahnya bunga. Ia mekar dan tumbuh menjadi enak dipandang mata. Harum baunya menyegarkan setiap insan yang menghirupnya. Dalam pesta-pesta anak manusia pasti terlihat bunga. Dalam dukacita bunga pun menjadi pengiring insan yang meningggalkan dunia fana. Tapi, ia tak pernah bersuara, ia hanya diciptakan untuk memperindah suasana. Suasana hati gembira dan duka pun akan bisa bersamanya. Hanya orang yang arif dan bijaksana yang bisa belajar dari bunga. Bunga mengandung banyak pembelajaran yang hakiki akan kehidupan manusia di alam fana ini. Bunga memang tak berbicara, tapi bunga adalah guru yang tak pernah marah. Menyebarkan keindahan dan memperindah suasana.

Bunga pun siap menjadi sampah. Di buang dan dimasukkan ke dalam tong sampah. Setelah keindahannya dinikmati. Setelah harum wanginya dihirup manusia. ia pun tak bersuara. Ia terus bersiklus di pembuangan dan terus tumbuh kembali di pucuk-pucuk tanaman bunga. Dia menjadi pupuk menyatu dengan tanah. Ia mampu menyuburkan tanaman lainnya. Ia ber-reinkarnasi. Seonggok sampah tak berguna, kini muncul kembali berupa keindahan ciptaan Tuhan. Bunga siap di buang, bunga siap dicerca, bunga siap dicaci maki. Lagi-lagi bunga pun tak bersuara. Ia terus bersiklus dan menyebarkan keindahan warna-warni.


Katakan cinta dengan bunga. Maka pasangan anda akan menerimanya dengan sukacita. Itulah mengapa bunga bisa dilambangkan sebagai cinta dan kasih sayang.

Kalau saja para pemimpin negeri ini selalu memancarkan keindahan seperti bunga, tentu akan indah lah warna-warni negeri. Bumi pertiwi pun akan bahagia karena anak negeri mampu saling berbagi. Tak ada caci maki, tak ada saling adu domba. Hal yang ada hanyalah kasih sayang yang begitu indah, seindah warna-warni bunga yang baru merekah. Mewangi dan segar dihirup harumnya seperti bunga melati. Tak terlihat lagi kepongahan atau kesombongan, yang terlihat hanyalah saling cinta dan mencintai.

Mari kita baca sebagaian tulisan Gede Prama berikut ini.

Seorang guru berbisik kepada muridnya: memandang lah seperti langit, bertindaklah seperti ibu pertiwi. Langit memayungi semuanya, ibu pertiwi bertindak ketat mengikuti hukum alam. Bila menanam jagung, buahnya jagung. Kalau memelihara kelapa, buahnya kelapa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun