PGRI di mata guru guru muda.
Tulisan ini saya buat untuk memenuhi permintaan kang caca, Â kang budi dan kang dudung dari sukabumi.
Mereka bertiga adalah icon guru aktif di PGRI dan masih muda muda. Wajahnya ganteng ganteng pula.
Ketiga trio PGRI sukabumi ini menginspirasi saya untuk menulis tentang wajah PGRI di mata guru guru muda.
Selama ini kita lihat. Wajah PGRI didominasi oleh wajah wajah guru tua. Bahkan ada yang bukan guru. Mereka bukan berprofesi sebagai guru. Â Inilah uniknya organisasi PGRI yang tidak dipahami oleh guru guru muda.
Saya teringat dengan diri sendiri. Â Waktu itu saya dan kawan kawan semangat sekali untuk mendirikan organisasi profesi guru. Kami sepakat bahwa organisasi guru harus dipimpin oleh guru.
Ketika salah satu kami menjadi dosen, maka pindahlah kawan kami di organisasi profesi dosen. Â Terbentuklah waktu itu. Â Ikatan profesi guru indonesia yang disingkat ipgi dan ikatan profesi dosen indonesia yang disingkat ipdi.
Tahun tahun pertama organisasi berjalan dengan baik dan semangat 45. Begitu memasuki tahun kedua, Â mulailah sedikit demi sedikit pengurusnya mengundurkan diri. Mereka tidak bisa meluangkan waktu untuk organisasi yang mereka dirikan. Â Akibatnya organisasi menjadi mati suri dan akhirnya mati.
Berdasarkan pengalaman tersebut, Â saya mulai bercermin diri. Â Melihat organisasi guru satu persatu dengan hati yang bersih dan melihat perjuangan mereka dari rekam jejak digitalnya.
Sampai suatu ketika mata pelajaran yang saya ampu di sekolah dihilangkan dalam kurikulum. Â Waktu itu saya harus mencari organisasi guru yang bisa mendukung perjuangan kami. Perlu organisasi guru yang kuat dan besar agar TIK kembali sebagai mata pelajaran.
Beramai ramai kami datang ke gedung guru indonesia yg disingkat ggi. Â Kami diterima oleh almarhum pak Sulistio dengan sangat baik.