Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

#AkuSiapBersikap Seni Melawan Hoaks dan Pelintiran Kebencian

1 Desember 2018   14:42 Diperbarui: 1 Desember 2018   16:00 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apakah kita merupakan generasi anti kabar burung? Foto: RM

"From the deepest desires often come the deadliest hate." (dari hasrat  mendalam  seringkali  berujung  kebencian  mematikan)-Socrates-

Kitab  suci mengabarkan bahwa manusia merupakan makhluk paling mulia, yang  kedudukannya lebih tinggi dibanding ciptaan Tuhan yang lain, bahkan  malaikat yang dijamin bersih dari dosa. Kabarnya, para malaikat  diperintahkan Tuhan bersujud kepada si manusia. Oh, menjadi manusia begitu istimewa, bukan?

Betul  memang soal keistimewaan makhluk bernama manusia. Sebab ilmu  pengetahuan yang dimilikinya sebagai bawaan lahir membuatnya mampu menciptakan warna-wani kehidupan yang sama sekali berbeda dengan spesies  jenis lain seperti hewan dan tumbuhan. Manusia menmbangun peradaban  dengan kota-kota yang indah, istana-istana megah, nyanyian, tarian,  puisi, karya seni yang keindahannya tak lekang oleh zaman, hingga teknologi yang mencapai planet lain di tata surya. 

Manusia memang tercipta sebagai makhluk yang keren!

Tapi,  dalam dunianya yang terkesan melampaui kehidupan makhluk lain, ternyata  ada juga sisi gelap manusia yang merusak. Sejak dulu, nenek moyang kita  dikenal suka berperang untuk merebut daerah kekuasaan yang berlimpah  makanan atau untuk mempertahankan kelompoknya dari serangan kelompok  lain. Bahkan pertumpahan darah yang melibatkan ribuan pasukan sering  juga dipicu hasrat mendapatkan seorang perempuan! 

Belum lagi soal berita  bohong dan fitnah yang menimbulkan kematian bagi orang yang tidak  bersalah, seperti kisah pembunuhan sejumlah perempuan cerdas yang diduga  penyihir. Atau pelintiran kebencian dari satu pihak ke pihak lain atas  nama agama, suku bangsa, budaya, warna kulit dan sebagainya, yang  sepertinya melawan warna-warni alami kehidupan. 

Mengapa  manusia yang diciptakan dengan kasih sayang Tuhan, penghormatan seluruh  ciptaanNya yang lain serta yang dibekali ilmu pengetahuan, mampu  melakukan tindakan-tindakan yang dipenuhi kebohongan, kepalsuan, hingga  kebencian? Untuk apa manusia melakukan semua itu? Apakah dengan  berbohong, membagi berita bohong atau memelintir kebencian manusia bisa  mendapatkan tujuan lain yang ia kejar, namun melukai pihak lain? 

 BACA JUGA: Menangkal Hoax dengan Ngaji Literasi Media

Beberapa  hari silam, aku melihat satu postingan di Instagram @Drawmama yang  menampikan ilustrasi seorang ibu sedang mengepang rambut panjang anak  perempuannya, diantara bunga-bunga cantik di alam semesta. Ada pesan  bagus disitu, yang berbunyi: perbedaan bisa dikepangkan.  Sejak lama aku tertarik dengan mural karya Mariskha Soekarna dkk karena  temanya sangat kritis dan tidak biasa, sekaligus indah dan membuai  perasaan. 

Ketertarikan atas karya itulah yang membawaku pada akun lain  yaitu @akusiapbersikap yang merupakan kampanye bersama untuk melawan  hoaks dan pelintiran kebencian yang akhir-akhir ini nyaris merusak  persatuan dan kesatuan bangsa. Sebab mengerikan sekali jika jalinan  kebangsaan yang telah kita bangun dan jaga sedemikian lama, hancur  karena hasrat tak tertahankan untuk saling membenci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun