Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menangkal Hoax dengan Ngaji Literasi Media

1 Agustus 2018   06:34 Diperbarui: 11 Agustus 2018   16:55 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan  Ramadan lalu pertama kalinya aku berjumpa dengan Menteri Agama Bapak  Lukman Hakim Saifuddin, dan istri beliau Ibu Trisna Willy dalam kegiatan  Kompasiana  Perspektif "Menag Bercerita: Melawan Hoax, Menjaga Hati". Acaranya  adalah tentang menangkal hoax dan apa yang sudah dilakukan Pak Menteri  secara pribadi dalam menangkal berita bohong, khususnya di media sosial.  "Dunia maya adalah hasrat dunia baru yang menjebak," kata Pak Lukman  dan kata-kata itu sontak menohokku, tepat di jantung hati. Kata 'menjebak' membuatku teringat dengan tulisanku sendiri saat mereview novel karya mbak Okky Madasari yang berjudul 'Kerumunan Terakhir' yang berkisah tentang orang-orang yang hancur hidupnya karena jebakan dunia maya.

Pak Menteri mengingatkan agar kita tidak mudah baper/terpancing  emosi saat bermain media sosial, karena menurutnya dunia maya merupakan  dunia main-main yang seharusnya dihadapi dengan santai seperti sedang  liburan di pantai. Sikap baper saat bermain media sosial selain  dapat dengan mudah menyebarkan virus hoax, juga membuat kita cenderung  mudah stress, hilang akal dan merusak hati. Ah iya juga ya, sebab jiwa  yang sehat adalah pondasi bagi tubuh yang kuat.

dokpri
dokpri
"Kita  ini adalah generasi yang hidup di dua dunia, yaitu dunia nyata dan  dunia maya. Selain itu, kehadiran ponsel pintar membuat euforia manusia  menjadi-jadi. Nah, orang-orang yang literasinya rendah terkait media  sosial jadi mabuk oleh kata-katanya sendiri yang dia tebar di dunia  maya. Bayangkan saja, seorang pendiam di dunia nyata bisa begitu  beringas di dunia maya!" tambah Pak Lukman dengan mimik tegas, seakan  menyatakan bahwa sudah nasib generasi di peradaban digital mengalami  semua ini sebagai nikmat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi  yang tidak bisa dinikmati generasi sebelumnya. Sekaligus menjadi alarm  agar manusia tidak dikendalikan teknologi.

Nah,  karena tugas seorang Menteri Agama itu sulit, aku berandai-andai  #BilaAkuJadiMenag dan sedang mendapat tugas dari Presiden untuk melibas  habis wabah hoax yang melanda masyarakat Indonesia. Bayangkanlah, bangsa  Indonesia baru saja memiliki Menteri Agama seorang perempuan, lajang  pula (bukan iklan mencari pangeran tampan ya hehe) dan akan memulai tugas menangkal hoax dengan tegas, cepat, tepat dan memiliki efek jera.

kemenag.go.id
kemenag.go.id
Karena  Kementerian Agama merupakan lembaga negara yang selayaknya  menjadi  contoh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, mengingat  inilah  satu-satunya lembaga negara yang mengurusi kehidupan agama dan  spiritual  warga negara. Maka, segala upaya menangkal hoax dari dimulai  dari dalam  tubuh Kementerian Agama sendiri, mulai dari tingkat pusat  hingga kantor  wilayah di seluruh Indonesia. Upaya ini jelas harus  mencerminkan  nilai-nilai utama seperti Integritas, professionalitas,  inovasi,  tanggung jawab dan keteladanan. Sungguh berat memang  mengejawantahkan  pesan Tuhan tentang menjadi suri tauladan dalam  kehidupan akhir zaman. 

Berikut adalah 5 trik asyik menangkal hoax yang sebaiknya dimulai dari keluarga besar Kementerian Agama:

1. Satu Hari Satu Posting Konten Positif 

Sebagai  Menteri Agama di era digital, aku punya akun media sosial dong, yaitu  Twitter. Karena tanggung jawab menangkal hoax ini pertama-tama ada di  pundakku, maka aku akan memposting minimal satu tweet positif  setiap hari. Ini adalah trik asyik yang sederhana, yang langsung dapat  diikuti oleh seluruh pegawai di lingkungan Kementerian Agama yang  kupimpin. Bisa dibayangkan betapa melimpahnya konten positif yang akan  meramaikan dunia maya dan menjadi trending topic nasional dengan trik ini? 

Tentu saja dampaknya akan semakin berlipat ganda jika setiap tweet positif itu di-retweet oleh  netizen yang peduli dengan upaya berjamaah menangkal hoax. Belum lagi  bila metode ini diterapkan oleh pegawai yang menggunakan Instagram dan Facebook. Ah, pasti seru sekali karena akan membuat para penyebar hoax misuh-misuh karena kehilangan massa. 

2. Ngaji-Literasi Media Keluarga Besar Kementerian Agama

Sebagai  Menteri Agama, aku memandang bahwa sangat tidak mungkin menangkal hoax  di tanah air tercinta ini jika tidak dibarengi dengan upaya meningkatkan  literasi media bagi keluarga besar Kementerian Agama. Sebuah upaya yang  sistematis dan cerdas harus juga dimulai dengan menyamakan isi kepala  dan tujuan bersama: bahwa seluruh keluarga besar Kementerian Agama melek  literasi media, paham bahaya hoax, memiliki keinginan menangkal hoax  dan tahu bagaimana cara menangkal hoax dengan asyik. Selain itu, upaya  menangkal hoax juga harus tepat sasaran dan memiliki efek jera. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun