Gambar ilustrasi saya ambil dari misa live streaming PusPas KAJ Samadi Minggu 21 September 2025. Biasanya saya mengambil gambar ilustrasi dari misa live streaming Gereja Katedral Semarang. Tapi mulai tanggal 21 September 2025, dst. kami sekeluarga memilih untuk misa di Gereja St. Theresia Bongsari Semarang. Celakanya, Gereja Bongsari tidak mengadakan misa live streaming, sehingga saya tidak dapat mengambil gambar tema misa untuk keperluan tulisan ini.
Akhirnya saya memilih gambar ilustrasi tersebut karena sesuai dengan tema renungan saya.
Bacaan dalam Misa
Saya sangat tersentuh dengan Bacaan I dan Bacaan Injil Misa. Bacaan I diambil dari Nubuat Amos 8:4-7. Saya terkesan dengan beberapa kalimat 'Dengarkanlah ini, hai kamu yang menginjak-injak orang miskin, ...' dan '... ; kita akan memperkecil takaran, menaikkan harga dan menipu dengan neraca palsu; kita akan membeli orang papa karena uang, dan membeli orang miskin karena sepasang kasut; kita akan menjual terigu tua'.
Menginjak-injak orang miskin dan berbisnis dengan 'menipu' serta memanfaatkan orang miskin untuk memperoleh keuntungan, itulah yang mengesankan saya dari Bacaan I.
Sementara Bacaan Injil diambil dari Lukas 16:10-13 -- Singkat. Kalimat yang benar-benar menyentak hati saya adalah 'Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan.... Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.'
Bacaan Injil membawa saya untuk mencari arti kata 'Mamon'. Mamon dalam arti yang netral adalah kekayaan materi, harta benda atau uang, seperti arti katanya dalam Bahasa Aram.
Namun, mamon punya konotasi yang negatif dalam Bacaan Injil. Mamon merujuk pada keserakahan dalam hal harta benda. Seringkali kita melupakan Tuhan dan lebih senang mengejar harta kekayaan dengan segala cara, termasuk dengan cara menginjak-injak mereka yang lemah dan dengan cara menipu.
Bacaan Injil mengingatkan saya, bahwa dalam bekerja saya sering mengejar keuntungan, baik dalam bentuk uang maupun dalam bentuk nama baik, dengan cara yang tidak jujur.
Kedua Bacaan tersebut membawa saya ke dalam renungan terhadap apa yang telah terjadi dengan diri saya selama 62 tahun lebih usia saya.
Latar Belakang Pendidikan Keluarga dan 'Pendidikan' Komik