Mohon tunggu...
Widya Silaban
Widya Silaban Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Haloo!! Salam kenal buat semua yang baca. Semoga suka dan bermanfaat. Salam dari Widy mahasiswa yang sedang berjuang di jurusan Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Perkembangan Internet dan Jurnalisme Multimedia di Indonesia

1 September 2020   04:09 Diperbarui: 1 September 2020   04:24 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Perkembangan zaman terus membawa masyarakat kepada perubahan-perubahan yang lebih maju. Perkembangan ini meliputi perkembangan teknologi komunikasi dan infromasi. Internet merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi yang berdanpak besar bagi kehidupan masyarakat. Menurut Widodo  (2020:3) internet merupakan suatu jaringan komputer yang dapat menghubungkan berbagai perangkat atau saluran di seluruh dunia. Perkembangan internet muncul pertama kali karna adanya kebutuhan oleh militer Amerika Serikat pada tahun 1957 yang disebut dengan ARPA (Advanced Research Projects Agency) oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Kemudian, pada tahun 1960an Departemen militer AS memgembangkan jaringan berbasis komputer menjadi ARPANET. ARPANET pertama kali dapat digunakan pada tahun 1969 yang menjadi awal mula dari terbentuknya internet. Kemudian pada tahun 1970an ARPANET semakin berkembang dengan penemuan host dan koneksi yang digunakan di kampus- kampus dan mampu menjangkau koneksi internasional. Seiring berjalannya waktu, teknologi juga terus berkembang yang di mana teknologi sudah mampu untuk menyajikan konten-konten yang menarik. Pada tahun 1980an, ARPANET mengalami sedikit kendala akibat terdapat suatu virus dan hal ini menyebabkan ARPANET menghilang tepat pada tahun 1990an. Pada tahun 1990 muncul HTML (Hypertext Markup Language) oleh orang-orang Inggris. Akhir 1990 WWW ( World Wide Wibe) dibangun dan hal ini tentunya menjadi revolusi besar teknologi komunikasi dan informasi.

Dengan internet masyarakat dapat dengan mudah untuk melakukan komunikasi dan mencari informasi. Internet yang tak kenal ruang dan waktu memudahkan masyarakat untuk mengakses apa saja yang dibutuhkan di seluruh dunia. Banyak negara- negara maju yang terus mengusahakan program berbasis teknologi komunikasi dan informasi sehingga masyarakatnya tidak tertinggal dan dapat terus bersaing di era global seperti sekarang. Negara-negara berusaha memfasilitasi TIK ( Teknologi Komunikasi dan Iformasi ) dan memberikan akses kepada pendidikan, publik dan pemerintah serta bidang jasa. Hal ini dilakukan agar masyarakat berkembang menjadi masyarakat informasi.

Banyak media yang berusaha untuk mengembangkan diri dengan beralih pada media online. Media berusaha untuk mempermudah masyarakat mengakses informasi yang dibutuhkan melalui media sosial yang sudah tersedia di dalam gadget. Hal ini tentunya menuntut seorang jurnalis agar mampu untuk menyediakan setiap informasi sesuai kebutuhan konsumen. Seorang jurnalis harus mampu untuk melaksanakan tugasnya secara multitasking dalam berbagai media. Menurut Wenger & Potter (2008) mempunyai sebutan lain untuk jurnalisme multimedia, yaitu cross-platform journalist yang berarti bahwa seorang jurnalis mampu untuk bekerja secara efektif dalam banyak medium. Dalam hal ini, multimedia berarti tidak hanya terdiri dari satu format media melainkan terdiri dari minimal tiga  format media. Menurut Widodo  (2020:24) Multimedia merupakan suatu kombinasi dari teks, foto, video, audio, grafik dan interaktivitas yang disajikan di situs Web dengan format non-linear.

Jurnalisme multimedia berada dalam setting konvergensi media dan sistem media cross ownership. Hal ini bukanlah sesuatu yang tak jarang terjadi di Indonesia, yang di mana banyak pemilik media yang semakin mengerucut dan membentuk media yang memiliki variasi platform. Hal ini merupakan kesempatan besar untuk media massa dalam melakukan konvergensi. Konvergensi media yang dilakukan merupakan salah satu contoh dari praktik jurnalisme multimedia. Keterampilan mengenai jurnalisme multimedia menuntut seorang jurnalis mampu untuk menghasilkan berita yang dapat di akses di berbagai media. Keterampilan ini tentunya wajib dimiliki seorang jurnalis agar mampu bersaing dengan media lain. Hal ini tentunya tidaklah mudah bagi seorang jurnalis karena ia harus mampu membuat berita sekaligus untuk banyak media.

Konsep jurnalisme multimedia menggambarkan bagaimana kemampuan multitasking jurnalis untuk melakukan proses produksi semua jenis media. Kemampuan ini juga tentunya harus didukung dengan informasi yang relevan. Minat dari penonton harus dipertimbangkan dalam mengelolah suatu informasi agar dapat menarik perhatian masyarakat. Selain itu, perlu memperhatikan etika jurnalisme yang sudah ada sehingga dapat meghasilkan informasi yang baik. Hal ini baik berupa kata yang ditulis maupun gambar yang ditampilkan.

Pada kenyataannya Indonesia belum mampu menerapkan konsep jurnalisme multimedia secara utuh. Konvergensi media dalam hal ini bukan hanya multiplatform melainkan proses produksi yang harus dilakukan bersama-sama. Proses ini dilakukan untuk menghasilkan berita untuk banyak platform mulai dari media cetak, televisi, media online maupun radio. Berita yang dimuat disesuaikan dengan setiap platform. Masih banyak media-media besar di Indonesia yang belum mampu menjalankan kosep tersebut dengan tepat. Media online Indonesia masih sebatas menjalankan konsep multiplatform. Dalam memproduksi berita, masing-masing tidak dilakukan secara bersamaan. Hal ini tentunya perlu diperhatikan bagi media-media besar di Indonesia untuk dapat mengembangkan diri. Media massa Indonesia harus terus belajar dan menghasilkan jurnalis-jurnalis yang mampu bekerja secara efektif dan memiliki kemampuan multimedia yang baik. Cepat atau lambat, jurnalisme yang terjadi di Indonesia akan menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.

 

Sumber :

Nurul, H. (2014). Jurnalisme Multimedia. Diakakses pada 1 September 2020

Van Dijk, Jan. (2012). The Network Society. 3rd edition. London, UK: Sage.

Wenger, Debora Halpern & Deborah Potter. (2008). Advancing the Story; Broadcast Journalism in Multimedia World. Washington DC. CQ Press

Widodo, Yohannes. (2020). Jurnalisme Multimedia. Cetakan 1. Yogyakarta : Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun