BIOGRAFI IGNASIUS SLAMET RIJADI
Riwayat Pendidikan Slamet Riyadi
Brigadir Jenderal (Anumerta) TNI Ignatius Slamet Rijadi (EYD: Ignatius Slamet Riyadi; 26 Juli 1927 -- 4 November 1950) adalah seorang tentara Indonesia. Rijadi lahir di Surakarta, Jawa Tengah, putra dari seorang tentara dan abdi keraton Kasunanan Surakarta bernama Raden Ngabehi Idris Prawirolebdo dan seorang ibu bernama Soetati.
Slamet umumnya menempuh pendidikan di sekolah milik Belanda. Sekolah dasar dilaluinya di Hollandsch-Inlandsche Schooll (HIS) Ardjoeno (Arjuna) di Surakarta, sebuah sekolah swasta yang dimiliki dan dikelola oleh kelompok agamawan Belanda.Â
Kemudian Slamet remaja melanjutkan pendidikan ke Meer Uitgebreid lager Onderwijs (MULO) Bruderan, Purbayan, Surakarta dan Saat bersekolah di Sekolah Menengah Lanjutan Mangkoenegaran, ia memperoleh nama belakang Rijadi karena ada banyak siswa yang bernama Slamet di sekolah tersebut.Â
Setelah tamat sekolah menengah dan saat Jepang menduduki Hindia Belanda dia melanjutkan ke Sekolah Pelayaran Tinggi di Cilacap pada tahun 1942 kemudian melanjutkan pendidikannya ke akademi pelaut atau navigasi di Jakarta. Setelah lulus, ia bekerja sebagai navigator di sebuah kapal laut.
Sejarah Perjuangan
Pada akhir tahun 1944, Slamet Riyadi bersama rekan Sekolah Tinggi Pelayaran (STP) pemberontak kepada tentara Jepang yang menduduki wilayah Indonesia. Pada 14 Februari 1945, setelah Jepang mulai mengalami kekalahan dalam Perang Dunia II, Rijadi beserta rekannya sesama pelaut meninggalkan asrama mereka dan mengambil senjata; Rijadi pulang ke Surakarta dan mulai mendukung gerakan perlawanan di sana.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Rijadi mulai membentuk pergerakan revolusi dengan membentuk Badan Keamanan Rakyat yang anggotanya terdiri atas para pelajara STP serta pasukan PETA dan Heiho.Â
Pasukan ini selain bertugas untuk mengevakuasi korban perang juga untuk merebut senjata dari tangan Jepang. Slamet Rijadi diangkat menjadi Komandan Pasukan Bataliyon 2 Resimen 26 Divisi II Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan pangkat Mayor.
Pada bulan Desember 1945, terjadi pertempuran di Palagan Ambarawa yang dipimpin oleh Jenderal Sudirman untuk mengusir pendudukan kembali pasukan NICA di bawah komando kerajaan Belanda. Pertempuran tersebut mengakibatkan Letnan Kolonel Isdiman gugur. Slamet Rijadi diberi tugas memimpin pasukan Bataliyon sebagai Komandan sektor. Tugas Rijadi adalah menjaga daerah perbatasan di Semarang, Surakarta dan Magelang dari serangan pasukan NICA pada Agresi Militer Belanda I pada tahun 1947.