Ujian adalah keniscayaan bagi siapa saja yang diberi kehidupan. Saat seseorang masih bayi, orang tua dan saudara-saudara akan memujinya "ihh pinternya" hanya karena mampu menelan sesuap nasi.Â
Semakin beranjak umurnya maka ujian kepintaran itu akan semakin bertambah menjadi tengkurap, merangkak, berjalan, menyanyi, bersepeda dan seterusnya. Lalu ketika anak memasuki usia sekolah, fokus para orang tua tentang ujian itu selalu saja berkaitan dengan soal dan jawaban. Entah itu ulangan harian, ujian semester, kenaikan kelas dan ujian akhir sekolah seperti yang saat ini mulai berlangsung.
Karena adanya pandemi Ujian Akhir Sekolah saat ini tidak diperuntukkan untuk mengukur target kurikulum. Karena tidak mengukur target kurikulum, hampir bisa dipastikan anak-anak kemungkinan besar akan lulus, asalkan hadir dan mengikutinya.
"Nilainya tidak bernilai," begitulah kira-kira keadaaannya. Kondisi yang demikian menyebabkan banyak siswa, khususnya yang setara SMA/SMK menghadapinya dengan sangat biasa. "Kurang greget" demikian kita biasa menyebutnya.
Sementara orang memandang hal ini adalah formalitas yang buang-buang sumber daya. Tapi dalam sudut pandang yang lain, karena meskipun tidak mempengaruhi kelulusan ujian ini tetap harus diikuti, sebetulnya di sana ada kesempatan para pendidik untuk berorientasi pada proses, tidak lagi melulu pada hasil.Â
Jadi proses itulah yang nantinya berbicara tentang apa yang benar-benar siswa peroleh, bukan nilai berapa yang mereka peroleh. Proses itulah yang nantinya akan mempengaruhi mereka untuk menghadapi ujian sebenarnya setelah lulus sekolah: ujian kehidupan.
Maka, Â wahai para siswa jangan karena nilai hari ini tidak berkorelasi dengan kelulusan menjadikanmu sekenanya dalam mengerjakan. Siapkan dirimu dengan kesungguhan, waktu yang engkau lewati dengan ala kadarnya suatu saat pasti menimbulkan penyesalan. Engkau adalah bintang, bulan, dan matahari yang harus bersinar hari ini, dan bukannya tenggelam. Pasti ada yang mengharapkan sinar itu menerangi mimpinya, entah itu orang tuamu, bapak ibu guru, saudaramu atau masa depanmu yang terbentang luas di depan.
Engkau adalah bintang, bulan, dan matahari yang harus bersinar, berikanlah yang terterang. Juara sesungguhnya bukanlah siapa yang mempunyai skor tertinggi pada daftar nilainya, tapi siapa yang paling banyak menyinari pada orbitnya untuk orang-orang di sekitarnya, atau generasi yang akan datang....I]