Mohon tunggu...
Widoko
Widoko Mohon Tunggu... Guru - Menyukai semua hal yang inspiratif

Pernah menimba ilmu di Yangzhou University, China

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Once Upon A Time in China

15 Juni 2020   13:51 Diperbarui: 15 Juni 2020   14:07 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis dengan Beberapa Teman di Yangzhou University, China (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Once Upon A Time In China. Cowok ABG generasi 80 an dan 90 an pasti sangat akrab dengan film itu. Atau paling tidak, tidak asing dengan nama tokoh legendarisnya, Wong Fei Hung. Si gundul berambut panjang, demikianlah kami di SD dulu menyebutnya.

Sekitar 20 tahun setelah film itu direlease, alhamdulillah, dengan beberapa teman saya berkesempatan berkunjung ke sana. Suasana China sekarang ternyata sangat jauh berbeda dengan apa yang terlihat dalam film tersebut. Mata ini tidak menjumpai pedesaan atau rumah-rumah pribadi, yang tersebar adalah gedung-gedung tinggi menjulang dan fly over yang panjang, lebar dan bersilangan.

Karena banyak sekali film kungfu yang beredar di Indonesia, saya dulu mengira semua orang China bisa kungfu. Lucunya, karena kita tinggal di pulau-pulau yang dikelilingi air, orang China yang saya temui mengira kita semua pandai berenang. Ha.. ha...ha...

Selain kungfu dan renang ada hal-hal lain yang begitu berbeda dengan negeri kita..

Di toko-toko China saya sangat kesulitan mencari produk Indonesia. Di Indonesia saya sangat kesulitan mencari toko yang tidak menjual produk China.

Di mall-mall Indonesia office boy dan office girl adalah anak muda-muda fresh graduate yang gagah dan cantik. Di mall-mall China saya jumpai pekerjaan seperti itu dikerjakan orang-orang tua yang sudah memasuki usia senja.

Di Indonesia banyak sekali rumah-rumah besar, namun jalan-jalannya sempit. Di China rumah-rumah (apartemen) begitu sempit, namun jalan-jalannya lebar.

Museum-museum hebat, taman-taman tertata, bangunan-bangunan mencengangkan, ilmu pengetahuan, transportasi, teknologi tinggi, dalam banyak hal, kita sangat jauh ketinggalan. Dalam matematika, peringkat PISA menjadi tambahan buktinya.

Juga, salah satu yang sangat berbeda adalah etos kerja. Saat kami berjalan santai, hampir semua orang disana begitu tergesa, entah mengejar apa. Lembur sendiri di lantai 8 sudah biasa, meski tak ada pengawasnya. Mereka terlambat begitu malunya, kita satu jam lewat? Aahhh banyak temannya. Cita-cita besar mereka adalah menguasai dunia, sedang cita-cita terbesar kita punya rumah dan mobil mewah hasil impor tetangga..

Dan hari ini rasa berbeda itu semakin menemukan kepedihannya, ketika hasil ujian anak-anak menunjukkan modus 1, 2, dan 3, sedang peringkat PISA menunjukkan China berada pada puncak-puncak tertinggi peringkat dunia.

Tak bisa membayangkan jika akhirnya pekerjaan anak-anak muda bangsa kita ini hanya setara dengan apa yang dikerjakan orang-orang berusia senja di negeri sana. Akankah di negeri sendiri (juga di pentas global) selamanya kita hanya akan menjadi seperti Unyil yang dihajar oleh Wong Fei Hung dalam film "Once Upon A Time In China"...?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun