Mohon tunggu...
Slamet Widodo
Slamet Widodo Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika MTs Negeri 3 Bojonegoro

Menulis itu Mencerdaskan. Jika Anda ingin cerdas, menulislah! Tidak percaya? Cobalah!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Minyak Kapak

31 Maret 2020   10:09 Diperbarui: 31 Maret 2020   10:18 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judulnya kok aneh, ya? Minyak Kapak. Lebih lengkapnya: Minyak Angin Cap Kapak. Orang-orang biasa menyebut dengan Minyak Kapak.

Maaf, di sini saya tidak sedang promosi. Atau jualan online. Buat mengisi kegiatan bekerja di rumah gegara Covid-19. Bukan. Sama sekali bukan.

Saya juga tidak akan mengulas lebih detail tentang manfaat minyak Kapak ini. Namun, di sini saya akan tuliskan rahasia di balik Minyak Kapak ini.

Minyak kapak inilah yang membuat ide menulis saya muncul kembali. Setelah sekian lama saya mengalami macet menulis (writer blok) selama beberapa hari. Bahkan, semalam saya mengalami sakit kepala. Kepala bagian belakang dan batang leher terasa sangat berat. Sampai-sampai saya minta Emak untuk memijit leher saya. Agar sakit yang saya alami segera reda. Masih belum puas, saya coba minum obat sakit kepala yang biasa saya minum. Obat itu dijual bebas di toko-toko terdekat.

Ternyata, dengan diberlakukannya bekerja di rumah membuat saya makin stres. Kegiatan yang bisa saya lakukan hanyalah: ngopi, makan, menemani si kecil main, tidur. Seputar itu saja. Ketika membuka buku lalu membaca, rasanya ndak bisa masuk ke otak sama sekali. Apalagi nulis. Macet total. Nyaris yang bisa saya lakukan hanyalah buka Whatsapp Grup (WAG) kemudian membaca pesan-pesan yang masuk. Dan sesekali membalas seperlunya saja. Akibatnya, beranda akun facebook saya bersih. Sebab, lama tidak saya isi dengan tulisan-tulisan saya.

Saya iri, ketika melihat beberapa teman menjadi lebih produktif dalam masa bekerja di rumah. Sementara saya justru sebaliknya, tidak produktif sama sekali.

Pagi tadi, saat mebuka dan membaca-baca pesan yang masuk di WAG. Ada pesan masuk dari salah satu anggota WAG menulis yang saya ikuti. Kirimannya berupa foto tumpukan buku yang berhasil dibaca habis selama bekerja di rumah. Kemudian ada satu hal yang menarik perhatian saya. Di samping buku itu ada sebotol kecil Minyak Kapak. Kemudian saya memberi komentar, bukan bukunya, tapi justru Minyak Kapaknya itu.

Ternyata bukan hanya saya yang "gagal fokus". Terbukti, anggota lain juga memberi komentar tentang Minyak Kapak itu. Lalu, pengirimnya yang tak lain adalah Ustaz M Husnaini, penasehat komunitas itu, memberi jawaban. Ia menulis "Minyak kapan candu. Saya sudah kecanduan."

Benar. Saya langsung terbayang bau yang khas minyak itu. Kemudian rasa panas ketika dioleskan di kulit. Biasanya dioleskan di leher, kening, alis, hidung dan perut. Minyak itu berkhasiat untuk meredakan sakit kepala, flu dan masuk angin.

Akhirnya saya pun tergoda untuk ikut membeli Minyak Kapak. Berangkatlah saya ke apotek yang berada di kota kecamatan untuk membeli minyak legendaris itu.

Nah, ternyata ide menulis itu muncul dari hal-hal yang sepele.

Menulislah agar tidak stres.    

Kepohbaru, 31 Maret 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun