Batang (16/8) -- Mahasiswa KKN Universitas Diponegoro yang bertempat di Desa Jlamprang, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, memberikan pelatihan dan contoh prototype alat lampu emergency konvensional rakitan kepada masyarakat desa demi menanggulangi masalah di desa.Â
Reinaldo Samuel Sihite, nama mahasiswa yang sedang mengenyam pendidikan Teknik Elektro, angkatan 2016, mengangkat topik ini karena keluh kesah penduduk yang sulit beraktivitas saat pemadaman listrik di malam hari.
Penduduk biasa menggunakan lilin ataupun lampu petromax (lampu berbahan bakar minyak) untuk menanggulangi kegelapan saat pemadaman listrik. Namun cara ini kurang efisien. Oleh karena itu, Reinaldo mencoba berinisiatif untuk membuat sebuah lampu emergency konvensional yang dapat dibuat juga oleh penduduk.
Dimana charger HP digunakan untuk menurunkan tegangan dari 220 Volt ke 1 -- 2 Volt, sedangkan saat digunakan di lampu emergency konvensional ini digunakan untuk menaikkan tegangan dari 3 Volt (2 baterai biasa) menjadi 220 Volt, untuk memenuhi kebutuhan tegangan lampu.
Inovasi ini disambut baik oleh penduduk desa, yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan peternak. Mengapa demikian? Karena penduduk yang akan pergi ke sawah atau kandang saat malam hari tanpa penerangan dapat juga membawa alat ini karena mudah dibawa. Untuk biaya operasionalnya pun murah karena cukup mengganti baterai jika dayanya sudah habis.
Beberapa penduduk pun memiliki latar belakan sekolah SMK kelistrikan sehingga mudah diserap ilmunya, harapannya penduduk dapat membuat alat ini untuk disebarkan ke setiap rumah dan dikembangkan menjadi sesuatu yang lebih inovatif lagi.