Mohon tunggu...
Widiyanto Nugroho
Widiyanto Nugroho Mohon Tunggu... Full Time Blogger - an engineering student

describe the moments, share the happiness

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sebuah Inovasi Tim KKN Undip untuk Warga Desa Jlamprang

16 Agustus 2019   18:03 Diperbarui: 16 Agustus 2019   18:08 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Batang (16/8) -- Mahasiswa KKN Universitas Diponegoro yang bertempat di Desa Jlamprang, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, memberikan pelatihan dan contoh prototype alat lampu emergency konvensional rakitan kepada masyarakat desa demi menanggulangi masalah di desa. 

Reinaldo Samuel Sihite, nama mahasiswa yang sedang mengenyam pendidikan Teknik Elektro, angkatan 2016, mengangkat topik ini karena keluh kesah penduduk yang sulit beraktivitas saat pemadaman listrik di malam hari.

Penduduk biasa menggunakan lilin ataupun lampu petromax (lampu berbahan bakar minyak) untuk menanggulangi kegelapan saat pemadaman listrik. Namun cara ini kurang efisien. Oleh karena itu, Reinaldo mencoba berinisiatif untuk membuat sebuah lampu emergency konvensional yang dapat dibuat juga oleh penduduk.

dokpri
dokpri
Lampu ini menggunakan sistem joule thief dimana dapat menggunakan sumber berupa dua baterai biasa (ABC, Alkaline, dll) untuk menyalakan lampu. Komponen utamanya yaitu trafo kecil, yang dapat juga diambil dari charger HP bekas.

Dimana charger HP digunakan untuk menurunkan tegangan dari 220 Volt ke 1 -- 2 Volt, sedangkan saat digunakan di lampu emergency konvensional ini digunakan untuk menaikkan tegangan dari 3 Volt (2 baterai biasa) menjadi 220 Volt, untuk memenuhi kebutuhan tegangan lampu.

Inovasi ini disambut baik oleh penduduk desa, yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan peternak. Mengapa demikian? Karena penduduk yang akan pergi ke sawah atau kandang saat malam hari tanpa penerangan dapat juga membawa alat ini karena mudah dibawa. Untuk biaya operasionalnya pun murah karena cukup mengganti baterai jika dayanya sudah habis.

Beberapa penduduk pun memiliki latar belakan sekolah SMK kelistrikan sehingga mudah diserap ilmunya, harapannya penduduk dapat membuat alat ini untuk disebarkan ke setiap rumah dan dikembangkan menjadi sesuatu yang lebih inovatif lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun