Gara-gara kewaspadaan terhadap virus corona, sekolah-sekolah memberlakukan kegiatan belajar di rumah. Ingat, bukan diliburkan ya, tetapi belajar di rumah.
Sebagai orangtua yang memiliki anak usia SD, instruksi dari sekolah sudah jelas bahwa orangtua bertanggung jawab mengawasi dan mendampingi anak yang belajar di rumah.
Bagaimana metodenya?
Guru tetap memberikan materi pelajaran sesuai jadwal dan mengirimkannya secara online, bisa melalui WA, email, bahkan ada yang menggunakan aplikasi macam Google Classroom.
Meskipun di rumah, anak-anak tidak bisa leluasa bermain atau rebahan karena guru terus meminta output dari materi pelajaran yang diberikan. Misalnya ,mengerjakan soal-soal dan mengirimkan foto jawabannya kepada guru.
Ada juga saat siswa harus memaparkan hasil bacaannya dari suatu tema pelajaran dengan cara mengirimkan dokumentasi video presentasi kepada guru.
Tak hanya itu, tiap mata pelajaran minimal harus dibuktikan dengan adanya foto saat siswa sedang mempelajarinya.
Kelihatannya memang menarik dan menjadi solusi yang jitu menyikapi kegiatan belajar di rumah.
Tapi faktanya tidak semua siswa dan orang tua mampu mengikuti ritme pelajaran yang diterapkan.
"Maaf bu guru, pelan-pelan saja dulu, kami sebagai orangtua sama-sama harus bekerja, jadi susah mendampingi anak belajar," demikianlah salah satu keluh kesah orangtua kepada guru.
Suasana di rumah dan di sekolah jelas sangat berbeda. Tidak semua anak akan memiliki semangat belajar yang sama baiknya seperti di sekolah. Apalagi untuk anak SD yang masih harus banyak dipandu dalam belajar.