Saya menyebutnya sebagai "Traveller Voters", di mana warga yang memiliki alamat KTP beda dengan domisili harus melakukan perjalanan yang lumayan jauh untuk ikut serta dalam Pemilu 2019. Â Saya sendiri termasuk di dalamnya. Saya memiliki alamat KTP di Kota Depok, di rumah mertua saya, sedangkan domisili saat ini masuk wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Ternyata para traveller voters yang mencoblos di beberapa TPS di dekat kediaman mertua saya lumayan banyak. Mereka rata-rata perjalanan hidupnya mirip dengan saya. Saat baru nikah masih tinggal di rumah orang tua atau mertua masing-masing, lalu beberapa waktu kemudian pindah ke daerah lainnya.
Kenapa tidak mengurus pindah alamat KTP? Tentu saja banyak pertimbangan yang harus dipikirkan. Seperti halnya saya yang sudah cukup lama tinggal mandiri, ternyata baru dua tahun lalu memiliki e-KTP dengan proses yang tidak sebentar. Tahun lalu sempat terbersit mau pindah alamat KTP, tetapi mengingat 2019 ini ada perhelatan Pemilu, rencana itu saya urungkan. Lha gimana kalau malah e-KTP yang baru tidak segera jadi? Bisa-bisa malah gagal nyoblos.
Jenis traveller voters lainnya adalah para mahasiswa perantau yang kuliah di luar kota. Demi bisa nyoblos, mereka pun pulang kampung, sekaligus memanfaatkan momen liburan dan hari kejepit untuk kangen-kangenan dengan keluarga.
Sejak pagi di hari pencoblosan, saya melihat fenomena traveller voters ini memang cukup banyak. Terlihat dari panjangnya antrean di loket-loket Stasiun KRL Commuterline seperti Bojonggede dan Citayam, beda dengan hari-hari kerja biasanya. Mereka berbaur dengan penumpang yang hendak memanfaatkan liburan Pemilu untuk bertamasya.
Sebagai traveller voters tentu saja butuh biaya yang harus dikeluarkan. Saya sendiri harus mengeluarkan biaya dengan rincian 5 ribu rupiah untuk parkir motor di stasiun, lalu ongkos KRL Bojonggede ke Depok pulang pergi adalah 6 ribu, berdua dengan istri berarti total 12 ribu rupiah.Â
Dari Stasiun Depok Baru ke rumah mertua naik angkot dengan ongkos 4 ribu rupiah, kalau pulang pergi berdua berarti totalnya 16 ribu rupiah. Untuk transportasi berarti saya mengeluarkan ongkos total sejumlah 33 ribu rupiah. Nah, itu belum ditambah kehausan di perjalanan sehingga beli minuman plus jajan burger dan sepotong ayam dengan total 30 ribu rupiah. Jadi jumlah keseluruhannya saya harus keluar biaya 63 ribu rupiah.
Banyak yang naik kereta, ada yang naik kendaraan pribadi, bahkan rela mengeluarkan ongkos besar untuk naik pesawat. Mereka ikhlas kok, demi masa depan bangsa, demi memilih pemimpin yang diyakini sebagai terbaik. Boro-boro dapat amplopan serangan fajar, tapi justru dengan biaya sendiri rela melakukan perjalanan jauh untuk mencoblos.
Maka, wahai bagi anda para pemimpin yang telah kami pilih, ingatlah kami, ingatlah suara kami dan pengorbanan kami. Semoga anda-anda yang terpilih memang bisa menjaga amanah dengan baik.