Lebih dari segalanya. Kita seringkali salah kaprah dengan nama sahabat. Apa sih sahabat? Orang yang selalu ada didekatmu? Atau orang yang memberikan seluruh hidupnya untukmu?. Mana sahabat yang kau kusukai?. Seseunguhnya karakteristik tersebut tidak ada satu pun yang menggambarkan sahabat.
Sahabat itu bukan orang yang selalu dekat dengan kita, cobalah realistis. Semua orang punya kesibukan. Rela berkorban untuk sahabat bukan berarti harus meninggalkan kesibukannnya dan berada di dekat kita. Tidak, itu tidak membangun, itu sangat merugikan.Â
Jadi, seseungguhnya bukan subjeknya yang ada di dekat kita, tapi keterangannya yang ada dalam hati kita. Sahabat yang berketerangan baik ada dalam hati kita bukan di dekat kita.Â
Misalnya, saat kita punya masalah, di sisi lain sahabat sedang mengalami masalah juga. Ia tidak akan datang meninggalkan masalahnya dan menyelesaikan masalah kita. Ia akan menyelesaikan masalahnya karena itu adalah tanggungjawabnya dan ia mau berdoa agar kita mampu melewati masalah kita. Itu namanya persahabatan yang ideal.
Sahabat bukan orang yang memberikan semua material fisik untukmu, tapi ia mau memberikan semua material rahmani untukm. Semua bukan semata-mata untuk kita kenyang tapi untuk kita berubah dan menjadi manusia yang lebih baik. Misalnya, saat kalian ulang tahun, ia harus memecahkan celengan atau menghabiskan isi ATMnya hanya untuk membelikan apa yang kalian mau kan?
Sadarilah, tidak semua orang punya perekonomian yang baik. Tapi ia akan bangun pagi hanya untuk mengucapkan "Selamat Ulang Tahun" atau mendoakanmu menjadi pribadi yang lebih baik. So, this is true, right?.
So, belajarlah jadi sahabat atau membangun persahabatanyang ideal. Tuhan memberikan hati setiap kita untuk bersinergi dengan otak. Jangan sia-siakan itu. Sahabat juga manusia yang punya keterbatasan. Hal yang terpenting adalah saat kita mungkin mampu melakukan segalainya, sahabat kita belum tentu mampu melakukannya. Tapi, apakah persahabatan memperhitungkan hal demikian?. Jelas tidak bukan!