Mohon tunggu...
Widha Karina
Widha Karina Mohon Tunggu... Penulis - Content Worker

seni | sejarah | sosial politik | budaya | lingkungan | buku dan sastra | traveling | bobok siang. mencatat, menertawakan keseharian, dan menjadi satir di widhakarina.blogspot.com dan instagram.com/widhakarina

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Yang Saya Lakukan Begitu Terkonfirmasi Positif Covid-19

25 Januari 2021   19:03 Diperbarui: 18 Februari 2021   19:55 2833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Freepik.com | JCOMP

JENGGG JEEENGGGGG.

Syukurnya kedua orangtua saya negatif (mereka langsung swab keesokan harinya begitu hasil saya keluar). Sementara itu, "hanya" 1 dari 3 teman saya yang positif. Sepertinya kami tertular di tempat yang sama. Dan tambah lega karena keluarga teman saya yang positif itu aman. Tidak ada yang tertular.

YATUHAN UNTUNGLAH saya melakukan pembatasan sosial sehingga hanya berjumpa dengan sedikit orang. Coba bayangin kalo saya arisan sama 30 orang, apa nggak mumet itu tracing-nya. Bersyukur juga karena dikasih nikmat bergejala. Misalkan saya OTG, mungkin saya nggak berinisiatif isoman di kamar.

Nah, setelah ketahuan siapa saja yang positif, apakah masalah selesai? Woo tentu tidak. Muncul tantangan berikutnya: Apakah saya butuh obat? Ke mana saya harus cari pertolongan? Rumah saya tidak memadai buat isoman, lalu mesti bagaimana? Bagaimana menghadapi stigma tetangga?

Buat Anda yang mungkin juga mengalami, ini adalah pengalaman saya, yang mungkin dapat menjadi kiat buat Anda.

1. Khawatir dengan stigma dari tetangga?

Poin ini saya taruh paling pertama, karena sadar atau tidak sadar, kita sebagai orang Indonesia sungguh peduli pada komentar orang lain. Apa nanti kata orang? Kalau nanti saya dikucilkan gimana? Atau kalaupun kita tidak peduli, tapi males nggak sih kalau nantinya kabar kita menjadi bahan pergunjingan orang?

Pertimbangan ini, meskipun tidak diucapkan, sempat saya tangkap ada di raut wajah salah satu orangtua saya sehingga membuat saya sempat urung mengontak Puskesmas. "Nanti dijemput gitu pake ambulans? Didatangi orang pakai APD? Nggak malah jadi heboh?"

Yaudah kalau jadi bahan omongan, terima aja dulu. Ilustrasi: Freepik PRESSFOTO
Yaudah kalau jadi bahan omongan, terima aja dulu. Ilustrasi: Freepik PRESSFOTO
Untuk masalah yang pertama ini, coba yakinkan anggota keluarga lainnya soal prioritas yang harus ditempuh saat ini: lebih peduli pergunjingan tetangga, atau kesembuhan pasien? Jika kesembuhan pasien, maka jangan ragu mengontak Puskesmas dan minta bantuan. Lagipula, sepengalaman saya, Puskesmas tidak akan membuat kita terintimidasi. Cek poin selanjutnya.

2. Kontak ke Puskesmas Kecamatan

Setelah setahun berjalan, sepertinya Puskesmas dan Tim Khusus Covid-19 di Puskemas tahu betul makna "membantu masyarakat". Pengalaman saya, Puskesmas bisa diandalkan karena bertindak cepat, ramah, rapi, dan tidak intimidatif. Apresiasi! Rispek!

Mengapa kita perlu mengontak Puskemas? Karena wewenang penanganan di akar rumput diberikan kepada institusi ini. Institusi inilah yang akan membantu Anda dengan mendata gejala, menghubungkan Anda dengan petugas penanganan khusus, memberi swab untuk anggota keluarga lainnya, membantu memberi obat atau merujuk, dan tindakan lainnya. Gratis!

Yang perlu Anda lakukan cukup googling alamat dan nomor telepon Puskesmas Kecamatan Anda atau temukan akun Instagramnya. Kebetulan Puskesmas Kecamatan saya memiliki nomor WA sehingga saya cukup mengirim chat dengan memperkenalkan diri.

Halo Kecamatan A. Saya Widha warga dari Kelurahan B ingin lapor bahwa dari hasil swab, saya dinyatakan positif Covid-19. Hanya saya yang positif di rumah. Apakah memungkinkan bila saya dirujuk untuk isoman di tempat lain? Apakah mungkin kalau saya yang ke Puskesmas atau ke lokasi isoman sendiri? Karena keluarga agak khawatir dengan stigma tetangga kalau ada petugas yang datang. Terima kasih.

Kurang lebih begitu teks yang saya kirimkan. Setelah itu, Puskesmas Kecamatan akan menghubungkan kita dengan petugas khusus. Petugas khusus ini akan meminta data berupa foto hasil swab, KTP, KK, gejala, nama orang yang kontak erat, dan detail pribadi lainnya. Mereka juga memahami concern soal stigma masyarakat, sehingga semua koordinasi sangat mungkin dilakukan lewat HP saja tanpa harus tatap muka. Dijaga pula kerahasiannya. Mantap kan?

3. Minta rujukan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun