Mohon tunggu...
Wempie fauzi
Wempie fauzi Mohon Tunggu... Penulis - Bekas guru

Bekas gurru yang meminati sejarah serta politik

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Airlangga Hartarto Ungkap Peran Pertanian sebagai Buffer Saat Pandemi

15 Agustus 2022   11:08 Diperbarui: 15 Agustus 2022   11:15 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Persoalan pangan dan ketersedian bahan makanan untuk masyarakat selama Pandemi Covid-19 menjadi salah satu aspek penting yang menjadi perhatian serius pemerintah. Masih ingat saat awal virus ini menyerang dua tahun lalu  sebelum kemudian pemerintah menerapkan ragam pembatasan aktifitas masyarakat?, apa yang pertama kali dilakukan oleh presiden Joko Widodo?. Ya dirinya datang langsung memeriksa gudang-gudang beras milik Bulog, tujuannya cuma satu, memastikan stok pangan cukup tersedia dan tidak hanya sekedar catatan diatas kertas. Sehingga ketika PSBB atau PPKM yang pada hakikatnya adalah pembatasan kegiatan masyarakat yang secara langsung adalah meminimalisir aktifitas sosial, masyarakat tidak sampai kehilangan bahan pangan yang dibutuhkan. Yang itu antara lain diberikan dalam bentuk bantuan fisik sembako dan sejenisnya.

Sebelum pandemi terjadi, pemerintah sendiri telah melakukan banyak hal untuk memastikan stok beras yang menjadi kebutuhan primer dan strategis ini tidak menipis dan harga di masyarakat tetap terjangkau. Upaya itu bisa dilihat dari gencarnya pembangunan sarana pendukung untuk memperlancar aktifitas petani yang menjadi ujung tombak produk ini. Mulai dari pembangunan bendungan, embung, varietas unggul baru, pemupukan berimbang, mekanisasi pertanian, pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan penyuluhan pertanian.

Pada akhirnya, kemudian terbukti bahwa apa yang telah dilakukan  untuk pengadaaan beras dan lahan pertanian baik sebelum masa pandemi, selama dan saat virus itu mulai mereda, meski belum masuk kategori endemi mulai terlihat. Karena ditengah kondisi sulit tersebut, Indonesia justru berhasil mencetak swasembada beras sekaligus meningkatkan produksinya secara signifikan sehingga terbuka kemungkinan untuk melakukan ekspor. Sebuah capaian yang belum pernah terjadi selama 20 tahun terakhir.

Capaian tersebut tak cuma sekedar cerita. Karena pengakuan  dan penghargaan juga datang dari lembaga internasional International Rice Research Institute (IRRI) yang mengakui sistem pertanian pangan Indonesia terbukti tangguh selama pandemi. Tak Cuma tangguh, sistem tersebut telah membawa Indonesia sepanjang tahun 2019-2021 secara beruntun berhasil mencatatkan swasembada.

"Di tengah tantangan pangan global, Indonesia memiliki landasan yang baik sehingga sektor pertanian menunjukkan resiliensinya dan juga selama pandemi berhasil menjadi buffer," Menko Perekonomian Airlangga Hartarto saat mendampingi presiden Joko Widodo menerima penghargaan dari IRRI di Istana Negara Jakarta, Minggu (14/8/2022). Penghargaan yanag dikhususkan dalam hal penggunaan teknologi inovas padi itu  kian terasa istimewa karena diberikan menjelang hari Kemerdekaan RI ke-77.

Dalam catatan Airlangga Hartarto yang juga menjadi salah satu penanggungjawab sektor pertanian ini dipaparkan bahwa, sektor ini pada tahun 2021 mengalami pertumbuhan sebesar 1,84 persen (year on year) dengan kontribusi kepada perekonomian nasional sebesar  13,28%.  Sedangkan untuk kuartal dua 2022, pertanian mencatakan konsistensi untuk tumbuh positif 1,37% (yoy) dan berkontribusi 12,98% terhadap perekonomian nasional.  Sehingga dengan angka tersebut, terjadi tren positif  pada aspek kesejahteraan petani yang itu bisa dilihat dari  capaian Nulai Tukar Petani (NTP) tertinggi pada Maret 2022 yakni sebesar 109,29 sedangkan NTP pada Juli 2022 tercatat sebesar 104,25.

Ketua KPC PEN ini juga menyebut bahwa berdasarkan prognosa pangan nasional tahun 2022, khususnya pada komoditas beras, terdapat surplus 7,5 juta ton. Data tersebut merupakan pelanjutan trend positif swasembada beras dengan produksi beras pada tahun 2020 sebesar 31,4 juta ton dan tahun 2021 sebesar 31,2 juta ton. Angka yang secara langsung juga menjadi petunjuk bahwa  kondisi produksi beras yang relatif stabil dari tahun ke tahun berdampak positif terhadap terjaganya harga beras nasional di tingkat konsumen.

Dari sisi produksi, terdapat kenaikan pada sisi produktivitas  untuk tahun 2020 yang tercatat di angka 5,13 ton/Ha dan naik menjadi  5,23 ton/Ha pada tahun 2021 Pemerintah terus melakukan upaya peningkatan kualitas benih, penerapan Good Agricultural Practices (GAP), perbaikan infrastruktur pertanian, penanganan pasca panen, pemanfaatan teknologi pertanian, perluasan areal tanam melalui cetak sawah, penetapan lahan sawah dilindungi, bantuan alat dan mesin pertanian, serta bantuan pembiayaan melalui KUR.  Semu menjadi gambaran, bertapa  pemerintah tetap berkomitmen dalam hal dukungan kepada pengembangan pertanian yang lebih inovatif dan adaptif terhadap kemajuan teknologi serta ramah lingkungan dengan tetap mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal bangsa Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun