Mohon tunggu...
Wempie fauzi
Wempie fauzi Mohon Tunggu... Penulis - Bekas guru

Bekas gurru yang meminati sejarah serta politik

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Airlangga Hartarto Contohkan Transisi Energi Presidensi G20 Indonesia

11 Agustus 2022   12:39 Diperbarui: 11 Agustus 2022   12:49 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  Menjadi pemimpin sebuah kelompok  negara saat anggotanya ada yang saling berseberangan sudah pasti menjadi PR tambahan. Apalagi jika yang dipimpin secara postur jauh lebih besar daripada yang memimpin. Dalam situasi demikian, tantangan terbesar yang harus dihadapi adalah bagaimana para anggota tetap memandang pemimpin mereka punya wibawa dan harga diri yang itu tak cuma bisa diharapkan datang begitu saja dari anggotanya. Sebagai pemimpin yang, posisi terhormat dan dihargai itu hanya bisa diraih jika kerja dan fungsi yang diemban memang terlihat lebih baik dan menjadi leader dalam segala hal yang mewakili seluruh kepentingan anggota, dengan segala kepentingan yang tak jarang saling bertolak belakang antara satu negara dengan yang lain.

Situasi itulah yang kini sedang dihadapi Indonesia yang sedang memimpin presidensi G20 yang pertemuan puncaknya akan berlangsung di Bali November mendatang. Konflik dan pertentangan antar negara anggota menyusul berbagai krisis yang terjadi sebagai akibat Pandemi Covid-19 dan rivalitas antara Rusia dengan negara G7 pimpinan AS dalam kasus perang Ukraina, membuat persoalan menjadi kian rumit.

Namun, Indonesia dibawah pimpinan presiden Joko Widodo mampu keluar dari berbagai persoalan yang terjadi, sejak dari penanganan wabah virus, mempertahankan pertumbuhan ekonomi, sampai kepada menjaga Indonesia tak terseret ke jurang resesi ekonomi sebagaimana yang banyak dialami negara-negara lain di dunia, termasuk mayoritas anggota G20 sendiri.
Itu terbukti dari data yang keluarkan berbagai lembaga bergengsi dunia, dimana Indonesia mennjadi satu dari sedikit negara yang ekonominya tetap tumbuh positif dan menekan pandemi turun ke level endemi.

Pada saat yang sama Indonesia juga mulai berbicara tentang kemana arah ekonomi dunia dihadapkan, mengingat masalah krisis iklim dan pemanasan global yang juga memerlukan langkah aksi nyata dari seluruh negara di dunia. Langkah aksi yang secara praktis sudah harus dilakukan dengan mempersipkan kebijakan dan peta jalan agar kesepakatan penurunan emisi karbon dan transisi dari energi fosil ke energi bersih bisa berjalan mulus dan saling menguntungkan.

Untuk itu, seperti yang dikatakan oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang bertindak selaku penangggung jawab sherpa track bahwa Indonesia selalu berupaya mendorong G20 untuk menghasilkan berbagai aksi dan tindakan yang nyata. Aksi dan langkah nyata yang itu sudah dimulai lebih dahulu oleh negara ini, sehingga leading by example itu bisa memaksa negara lain, khususnya anggota G20 untuk mau segera bergerak, karena contoh sudah diberikan oleh negara tuan rumah.

Menurut Airlangga Hartarto yang juga oleh Ketua Umum  Partai Golkar ini, Indonesia ingin memberi contoh dalam penyelenggaraan KTT G20 sebagai tuan rumah yang punya komitmen besar kepada proses transisi energi, khususnya bidang otomotif dan transportasi. Bentuk contoh yang ingin diperlihatkan adalah penggunaaan kendaraan listrik untuk seluruh kepala negara dan para delegasi yang akan hadir dalam pertemuan puncak di Bali itu. Penggunaan mobil listrik sebagai kendaraan resmi G20 juga turut merefleksikan komitmen Indonesia dalam memenuhi target penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29% dengan usaha sendiri atau 41% dengan dukungan internasional di tahun 2030 dan net zero emissions di tahun 2060. Target tersebut menjadi tugas bersama Pemerintah dan swasta. Untuk itu, produk yang dihasilkan dari kolaborasi antara Indonesia dan PT Toyota Astra Motor mengindikasikan pentingnya peran kedua sektor dalam mendukung percepatan transisi energi. Perusahaan otomotif asal Jepang tersebut memberi dukungan  dan komitmen dalam bentuk penyediaan 143 unit mobil listrik Lexus  UX300E untuk dipakai menjadi kendaraan resmi delegasi pada KTT G20 Indonesia.

Sementara untuk para kepala negara/pimpinan delegasi yang akan hadir nanti, pemerintah juga telah menyiapkan kendaraan listrik atau Electric Vehichle merek Hyundai sebagai kendaraan resmi. Menurut rencana total akan ada 39 kepala negara/kepala pemerintahan negara G20 dan negara undangan serta sejumlah pemimpin dari organisasi internasional yang akan hadir dalam pertemuan nanti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun