energi fosil  yang meningkatkan emisi gas rumah kaca di atmosfir bumi, telah lama menjadi perhatian dunia.  Sejumlah upaya dan inisiatif terus meneruskan digaungkan dalam rangka pengurangan tersebut yang antara lain lewat program  pengalihan energi fosil kepada energi baru terbarukan.
Isu perubahan iklim global sebagai dampak lanjut dari penggunaanTantangan pengalihan tersebut semakin besar karena pada saat bersamaan, krisis global juga sedang terjadi, baik pangan, keuangan serta energi yang dipicu oleh terjadinya konflik Rusia Ukraina. Padahal di saat bersamaan, Pandemi Covid-19 belum sepenuhnya hilang, sehingga membuat situasi menjadi lebih menantang.
Bagi Indonesia, di tengan situasi pandemi yang terus menurun dan ekonomi yang relatif mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan tantangannya ada pada peningkatan drastis permintaan kebutuhan energi. Karena bersamaan dengan pemulihan ekonomi, aktifitas masyarakat yang mulai naik, mau tidak mau berdampak kepada naiknya emisi gas rumah kaca.Â
Menyusul penggunaan energi batubara yang berlipat ganda sebesar 140 persen sepanjang tahun 1990-20017.  "Pengenalan terhadap situasi itu yang perlu kita lakukan sekarang, karena pada saat bersamaan pemerintah telah berkomitmen untuk menyeimbangkan  antara permintaan energi konvensional dan melaksanakan transisi energi fosil kepada Energi Baru Terbarukan (EBT).
Saat berbicara dalam webinar "G20 Energy Transition: Toward Zero-Emission Partnerships", yang diselenggarakan The Jakarta Post, pada Selasa (24/05), Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, kebutuhan energi dalam negeri yang terus membesar adalah salah satu tantangannya, dan beragam upaya terus dilakukan.
Permintaan dan potensi energi terbarukan di Indonesia semakin meningkat, sebab diperkirakan kebutuhan energi Indonesia juga akan meningkat semakin besar.Â
Data menunjukkan bahwa Indonesia memiliki penambahan energi terbarukan yang konsisten dalam bauran energi secara keseluruhan. Hal ini tentunya merupakan perkembangan positif dalam pergeseran penggunaan energi di Indonesia menjadi energi hijau.
Apalagi dengan status sebagai presidensi G20, tema tersebut menjadi bahasan utama dan seluruh negara yang terlihat diharapkan dapat mencapai kesepakatan global dalam upaya memitigasi dampak buruk perubahan iklim untuk generasi mendatang. Â
Untuk itu, pada event tersebut, Indonesia akan memperkenalkan skenario negara untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) yang disebut National Grand Energy Strategy (GSEN) yang mencakup rencana transisi dari energi fosil ke EBT.
Energi terbarukan juga diprediksi akan menciptakan banyak lapangan kerja. Keuntungan tidak langsung ini juga akan mencakup pemberdayaan transfer teknologi dan pengurangan ketergantungan pada impor produk minyak bumi dan batu bara. Hal ini diharapkan disumbangkan oleh produksi panel surya dan manufaktur kendaraan listrik.Â
"Dalam jangka panjang, harus juga dipastikan bahwa terjadi transisi yang penuh keadilan terhadap manfaat biaya dan memastikan tidak ada yang tertinggal. Bagi Indonesia sendiri, jika dikelola dengan baik, transisi tersebut tentu saja memberikan peluang. Arah kami untuk mencapai ambisi adalah positif. Namun tantangan seperti aspek pembiayaan, kurangnya standar desain yang memadai, kesadaran yang terbatas, dan keterbatasan ruang akan selalu ada," ungkap Menko Airlangga.