Nama: Jonathan Lie dan Welvin Julian
Kelas: 10 IIS 2
Pada suatu hari terdapat sebuah murid yang berumur 17 tahun dan dia sudah kelas 11. Dia bersekolah di sekolah favorit di Jakarta Barat yang sangat diminati oleh banyak murid-murid setempat. Ketika hari pertama ia di sekolah ia merasa sangat nyaman, tetapi saat menjelang tengah semester dia merasa stress dan pusing dengan banyaknya tugas dan ulangan-ulangan yang mendadak dari berbagai mata pelajaran yang diberikan oleh guru-guru di sekolah tersebut.
Dia pun beroptimis kemungkinan dia tidak akan naik kelas, ketika ia melihat ke kakak kelas nya ada beberapa yang tidak naik kelas dengan berbagai kendala, ada yang berkendala dalam bidang hitung-hitungan, hafalan dan juga pikiran kritis dan logis. Melihat hal-hal tersebut, ia merasa pasrah akan nilainya nantinya. Namun siksaan belum berhenti sampai situ saja keesokan hari, minggu, berganti begitu, bingung dia dengan sekolah tersebut.
Dia menginginkan jawaban dari kepala sekolah tentang jadwal pelajaran yang padat ini. Lalu dia pergi ke ruangan kepala sekolah bertanya kepadanya "Kenapa sih sekolah ini jadwalnya sangat padat?" katanya, "Apakah sekolah ini tidak peduli dengan nilai muridnya sehingga memberi jadwal yang sangat padat ini?".
Lalu kepala sekolah menjawab "Kan ini sekolah yang menjunjung tingkat kepadatan jadwal kepada murid-muridnya, bukannya kami tidak peduli dengan nilai murid-murid disini sama sekali, tapi emang sistem sekolah begitu disini.".  Mendengar jawaban dari kepala sekolah,  murid tersebut keluar dari ruangan kepala sekolah dengan  mukanya yang masam.
Namun pada keesokan harinya dia memulai belajar dengan giat tanpa mengeluh sedikit pun dan hari indah dan buruk mencampur menjadi satu dalam kehidupan anak tersebut tanpa mengeluh sedikitpun. Dan akhirnya dia mengerti kenapa dia sekolah di sekolah tersebut.