Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kambing Hitam Itu Menghitamkan Kehidupan

25 November 2020   06:18 Diperbarui: 25 November 2020   06:22 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://salamadian.com/

"Not to fix blame for the past but to fix the course for the future"(John F. Kennedy)

Ada banyak di antara kita yang suka membuat alasan atau mencari kambing hitam. Seseorang yang tidak mempersiapkan diri dengan baik untuk wawancara dan gagal dalam pencalonan menjadi direktur sebuah perusahaan mencari alasan atau kambing hitam. 

Ia mengatakan, pertanyaan dalam wawancara itu terlalu mengada-ada dan tak berkaitan dengan tugas-tugas seorang pimpinan, atau ia beralasan ruangan tempat wawancara terlalu dingin sehingga konsentrasinya buyar. 

Bisa juga ia mengatakan, ia sengaja diskenariokan tidak lulus dalam wawancara karena ia berasal dari etnis tertentu. Ia sama sekali tidak mau mengakui bahwa ia sebenarnya tidak siap menghadapi wawancara itu. Ia menganggap wawancara tersebut sekadar formalitas dan yakin lulus.

Mencari excuse ('alasan pemaafan') atau menghidupkan "kambing hitam" agaknya telah menjadi bagian dari sejarah kehidupan umat manusia.
Realitas itu terjadi hampir di semua aspek kehidupan kita, bukan hanya di dunia politik. Yang dijadikan kambing hitam bisa apa saja: keadaan, zaman tertentu, orang per orang, benda-benda, dan sebagainya. 

Uraian dalam Alkitab, tentang Hawa yang memakan buah yang dilarang oleh Allah, memberikan afirmasi bahwa hal yang berkaitan dengan "kambing hitam" itu adalah cerita yang sudah terjadi dalam awal sejarah manusia.

Dalam Alkitab diceritakan tatkala Allah mendesak Adam dengan pertanyaan, mengapa ia memakan buah yang dilarang itu, Adam tidak menjawab sportif. 

Adam mengatakan kepada Allah, "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku itu yang memberikan kepadaku buah itu, maka kumakan!" Adam mencari alasan pembenar kesalahannya. Adam malah "melahirkan" kambing hitam.

Kisah tentang excuse dan kambing hitam ini kemudian menjalari relung-relung sejarah kemanusiaan dari waktu ke waktu; menembus abad dan zaman, bahkan tetap hadir dalam peradaban modern sekarang. 

Bagi Adam, di zaman itu, perempuan bernama Hawa itulah penyebab dia tergoda. Jika dielaborasi, kambing hitam dalam kasus buah terlarang itu bisa meluas. Tidak hanya berhenti pada Hawa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun