Dalam dunia dan peradaban yang makin maju, kita hidup di tengah membanjirnya tulisan dalam berbagai wujudnya. Tulisan di media cetak,
buku, dan internet membantu kita memperluas informasi, menambah keterampilan, dan mengedukasi banyak hal kepada umat manusia. Inilah fungsi penting dari sebuah tulisan.
Hanya, harus disadari bahwa kehausan anak muda merakit bom dan meledakkannya di tempat tertentu, info dan ilmu itu pun mereka peroleh dari tulisan/artikel di internet. Provokasi makar, hasutan untuk melakukan kegiatan destruktif, dan banyak hal negatif lainnya berasal dari tulisan.
Tulisan bisa menampilkan wajah yang multi, yang beragam angle tapi
tetap dalam keduaan, kegandaan: positif dan negatif. Di situlah hakikat sebuah tulisan baik di koran, buku, maupun internet, medsos, dlsb., selalu mengandung "dimensi ganda": ya, positif; ya, negatif.
Pepatah kita menegaskan: "tulisan kita memiliki rasa kemanusiaan kita". Artinya, sesuatu yang kita tulis itu bukan ujaran kebencian, provokator ke arah SARA, penghinaan terhadap agama/aliran agama/lembaga agama, penghujatan terhadap dasar negara, penghinaan kepada negara, atribut negara, pejabat negara, dsb., melainkan tulisan yang menghargai martabat manusia, menghargai dan memajukan HAM, memuliakan manusia sebagai ciptaan Allah, menyadarkan hakikat manusia sebagai "makhluk yang ditanggungi jawab".
Mari kita menulis sesuatu yang bermakna bagi peningkatan martabat kemanusiaan, konsistensi terhadap hakikat manusia sebagai khalifah Allah dan imago Dei. Menulislah demi dunia yang lebih ramah dan damai.
Tulislah pikiran-pikiran orisinal yang kita miliki, jangan menjadi plagiat, mengambil tulisan orang dan mengakui sebagai tulisan kita.
Jadilah penulis yang beretika, bermartabat dengan menyampaikan gagasan brilian dan bernas,bukan menghujat atau menghakimi pihak lain.
Menulislah demi memperkuat NKRI yang majemuk.
Selamat Berjuang,God Bless!
Weisa, 22/11/20
tayang di gkp.or.id