Mohon tunggu...
Weedy Koshino
Weedy Koshino Mohon Tunggu... Lainnya - Weedy Koshino

Konnichiwa! Ibu 2 anak yang hidup di Jepang. Ingin membagi pengalaman selama hidup di Jepang. Penulis Buku Unbelievable Japan 1,2,3 dan Amazing Japan. Yoroshiku Onegaishimasu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pisah Ranjang Pasutri di Jepang

10 Maret 2014   21:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:05 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="alignnone" width="499" caption="Ilustrasi/Admin (KOMPAS.com)"][/caption] Setiap negara pastinya mempunyai perbedaan dan keunikan serta ciri khasnya masing-masing. Tapi hendaknya perbedaan yang ada itu, bukanlah menjadi suatu penghambat bagi kita untuk ikut bergabung dan membaur bersama di dalam  lingkungan masyarakatnya. Saya sangat suka dengan pepatah yang mengatakan, dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung, dimana kita sebaiknya menghormati budaya serta adat istiadat masyarakat dimana kita tinggal. Untuk apa? tentu saja agar kita dapat diterima dengan baik oleh lingkungan sehingga memudahkan kita untuk beradaptasi dalam menjalankan kehidupan sehari-hari nantinya. Begitupun ketika saya harus pindah ke negeri Sakura ini, begitu banyak keunikan-keunikan yang ada dalam budaya dan kebiasaan masyarakatnya, yang terkadang bisa membuat saya melongo tak berkedip atau bahkan terkekeh kekeh ketawa sambil menutup mulut. Aneh dan lucu, kejadian-kejadian yang sering saya jumpai secara tidak sengaja ketika saya berinteraksi dengan teman-teman dilingkungan tempat tinggal saya. Masyarakat Jepang, bisa dikatakan masyarakat yang pemalu dan tertutup. Jangan harap, mereka akan berkoar-koar bercerita tentang kehidupan pribadinya pada saat pandangan pertama eh perkenalan pertama loh, karena biasanya mereka akan mencari tahu dulu lawan bicaranya (teman baru) melalui obrolan yang dilakukan. Nah dari obrolan itu, kita bisa lihat kalau orang Jepang juga ikut antusias bercerita tentang diri dan keluarganya, berarti mereka siap membuka hati dan dirinya untuk berteman. Contoh yang paling mudah adalah, kalau kita undang mereka ke rumah kita untuk minum teh atau kopi lalu kemudian hari mereka juga balik mengundang kita kerumahnya, WOW itu suatu pertanda kalau mereka pun ingin berteman lebih dekat. Namun awalnya, memang kitanya yang harus agresif, dalam arti tidak perlu merasa rugi untuk mengundang mereka untuk mencicipi nasi goreng atau soto ayam ala Indonesia, saya yakin 100% mereka akan senang dan merupakan jalan mulus untuk memulai pertemanan. Kehidupan saya disini bisa dikatakan banyak terbantu oleh teman-teman tetangga di sekitar rumah. Kenapa? Gara-gara terlalu banyak bertanya tentang sekolah anak-anak mengenai surat yang kerap datang dari sekolah atau acara-acara sekolah yang sama sekali saya buta harus bagaimana/berbuat apa, yang lambat laun membuat saya jadi dekat dengan mereka. Biasanya kalau sudah merasa banyak merepotkan teman-teman, saya suka undang mereka untuk makan siang bersama dengan menu makanan Indonesia (thanks to Indofood dan Bumbu Munik!). Dari obrolan teman-teman itu sedikit demi dikit saya bisa mengerti pola pikir mereka serta adat kebiasaan orang-orang Jepang. Bahkan lucunya, kadang kok saya yang lebih banyak diketawain sama mereka kalau saya cerita tentang budaya Indonesia, misalnya Budaya Pesta Perkawinan yang super heboh sampai ribuan orang yang diundang atau cara makan Indonesia dengan memakai tangan hehe sebelnya kalau ada berita di TV, berita tentang Kereta Api di Indonesia yang pada duduk di atas gerbong, haduhh terlihat paniknya teman-teman Jepang saya karena tidak percaya ada kejadian seperti itu. Hehehehe Biasanya kalau sudah makan bareng dirumah saya, kami akan bergantian berkumpul bersama di rumah teman-teman yang lainnya. Waktu berkumpul adalah ketika anak-anak berangkat ke sekolah. Pada saat saya diundang ke salah seorang teman Jepang saya, biasanya saya suka perhatikan keadaan rumah dan barang-barangnya, tapi samasekali bukan melihat barang itu bermerk atau bukan loh, tapi saya sangat ingin tahu bagaimana mereka menyikapi dengan menata barang-barang dalam rumah Jepang yang sangat mungil itu, dan barang-barang apa saja yang penting dan harus ada pada umumnya. Melihat mata saya yang jelalatan dan mungkin sangat cerewet karena banyak bertanya, pada akhirnya mereka suka mengajak saya untuk melakukan room tour dengan memperlihatkan setiap ruangan yang ada. Wah senengnya bukan main, bukan hanya kamar anak dan tempat mandi saja loh yang diperlihatkan, tapi sampai kamar tidur mereka pun! Memang sih terkadang diawali dengan kata-kata yang begitu merendah, seperti : “kono heya wa shinsitsu desu, kitanai kedone” (ruangan ini kamar tidur, tapinya kotor loh) tapi biasanya pas dibuka WOW 180 derajat dengan yang dibilangnya itu, alias kinclong rapi dan harum :D Dan ketika melihat susunan tempat tidur dalam kamar utama, saya menemukan suatu keanehan dan kejanggalan loh, kenapa? Tempat tidur suami istrinya terpisah, artinya ada dua tempat tidur ukuran single dalam satu kamar. Heee? Loh kok? Aneh ya! Padahal setiap kali saya dan teman-teman Jepang ngobrol tentang rumah tangga, mereka tidak pernah sedikitpun ada cerita tentang mereka bertengkar sehingga hubungan kurang harmonis yang menyebabkan harus pisah ranjang. Ya, pisah ranjang! Mungkin kalau orang tua saya tahu suami istri pisah ranjang, saya yakin banget mereka akan khawatir kalau hubungan pasutri itu pasti sedang dalam guncangan dan masalah yang berat, bahkan kemungkinan sudah diambang perceraian. Yah, itulah yang terbesit dalam kepala saya ketika melihat pemandangan itu pertama kali. Tapi sejalan waktu, dan banyak mendengar dari cerita teman-teman atau menonton drama/ sinetron Jepang yang setting kamar dengan pisah tempat tidur ini, membuat saya menghela napas panjang, ohhhh ini adalah hal yang lazim di Jepang :D Sebenarnya di Jepang, suami istri memang sudah terbiasa tidak satu tempat tidur, karena memang mereka sudah dari jaman dahulu menggunakan Futon (kasur lipet Jepang), tapi karena tidur beralas Futon memang butuh perawatan khusus dengan harus menjemur sesering mungkin diterik matahari agar tidak jamuran, akhirnya belakangan ini banyak masyarakat Jepang yang beralih kepada tempat tidur dengan menggunakan spring bed. Lucunya, sejalan beralihnya masyarakat Jepang yang mulai memakai tempat tidur, kok banyak juga dijual tempat tidur ukuran single untuk suami istri di toko-toko furniture, biasanya sih bentuk dan model tempat tidurnya sama dan dalam lay out toko nya biasanya hanya ada pembatas meja kecil yang ditaruh dengan lampu hias. Kok bisa ada ya pergeseran kebiasaan untuk pasutri di Jepang dengan tempat tidur terpisah. Kenapa? ternyata didasari banyak alasan yang saya pikir cukup masuk akal, antara lain adalah karena sang suami yang mendengkur cukup keras, suara dengkuran yang cukup mengganggu membuat tidur sang istri pun tidak nyaman dan nyenyak, lalu akibatnya?? Tidur tidak cukup! Padahal kita harus bangun pagi-pagi untuk menyiapkan sarapan dan mulai beraktifitas sampai malam hari. Efek dari kurang tidur itu membuat badan cepat lelah, apalagi menghadapi anak-anak yang terkadang memang butuh kesabaran tingkat tinggi, tentu saja beresiko akan lebih mudah marah dan cepat emosi jiwa (senggol bacok!) hehhehehe. Alasan yang kedua adalah, perbedaan jam tidur pasutri. Biasanya para suami di Jepang, jam pulang kantor memang cukup larut ketika sampai di rumah. Nah, mengakali agar para istri tidak perlu sibuk menyiapkan makan malam suami, adalah dengan menghidangkan makanan di meja makan, dan suami tinggal menghangatkan dengan menggunakan microwave saja. Dan ketika waktunya tidur, terkadang masuknya suami ke tempat tidur kerap membuat sang istri terjaga, bahkan sampai tidak bisa tidur nyenyak lagi. Menghadapi kendala ini, maka memilih tidur terpisah adalah salah satu pilihan yang terbaik menurut mereka. Tapi dibalik dua alasan para pasutri di Jepang melakukan pisah ranjang itu,  sebenernya justru kita bisa menciptakan satu keadaan yang luar biasa, yaitu bisa menambah keromantisan pasutri sehingga hubungan rumah tangga tidak mengalami kejenuhan dan kebosanan. Ya, memang rutinitas sehari-hari terkadang membuat keberadaan pasangan bukanlah sesuatu yang kita cari-cari. Adanya kejenuhan dan kebosanan, adalah suatu hal yang tidak bisa kita hindari. Padahal sesekali kita `menghilang` dari sisi pasangan kadang bisa menjadi salah satu pemicu gairah baru dalam hubungan pasutri. Keadaan “menghilangnya” ini seakan membuat kita memang harus mempersiapkan pertemuan dengan pasangan dalam suasana yang berbeda. Yah, layaknya saat berpacaran saja, ada rasa rindu dikala tidak berjumpa (ciee hehe). Nah, jadi jangan kaget ya, kalau diajak bertamu oleh teman Jepang ke rumahnya, lalu tidak sengaja terlihat pada kamar utama ada tempat tidur ukuran single dua buah, atau ada yang lebih ekstrim lagi, pisah kamar! Tapi stop jangan negative thinking dulu, biasanya sih alasan-alasannya tidak jauh dari alasan karena gangguan oleh dengkuran suami, perbedaan jam tidur atau memang ada yang ingin menjadi satu variasi baru dalam hal hubungan pasutri. Selain alasan-alasan itu,  ada satu lagi yaitu, bagi pasutri yang mempunyai bayi/anak kecil. Dimana sang ibu akan selalu terjaga untuk memberi asi atau pada tengah malam sang bayi yang biasanya akan bangun secara tiba-tiba dan menangis. Demi saling menjaga kenyamanan pasangannya biasanya ya mereka memutuskan untuk pisah ranjang. Semuanya itu memang kembali kepada policy rumah tangganya masing-masing, komunikasi dua arah dan saling pengertian dari masing-masing pasangan, hendaknya memang menjadi dasar yang kuat dalam setiap keputusan dan peraturan yang diambil dan diterapkan dalam rumah tangga mereka. **Kangen Kompasiana nih, K nya lagi ngambek terus ya beberapa hari ini. Semoga sudah sehat!** Mbak/Mas Admin blum bisa upload foto/image nih :) Salam Hangat.wk

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun