Setiap akhir pekan, saya dan suami punya hobi yang sama yaitu jalan-jalan santai keliling kota. Biasanya kita buat rencana sudah dari hari senin, saling tuker-tukeran tempat-tempat yang ingin kita kunjungi.Â
Nah, minggu kemarin ini, suami ada kerja setengah hari jadi harus ke kantor. Karena saya iseng gak ada kerjaan di rumah, dan rasanya kok sayang banget ya goleran aja di rumah padahal hari cerah ceria.Â
Akhirnya saya tawarin ke suami untuk janjian lunch di tengah tokyo. Suami sih oke saja, karena memang kerjanya sampai jam makan siang. Akhirnya kita pilih daerah Shinbashi.. karena di sana banyak warung-warung makan enak dan murah meriah.Â
Habis makan siang bareng, untuk menghilangkan rasa begah yang teramat sangat karena kita makannya beef-steak 240 gram (maruk), walhasil perut kita jadi buncit kekenyangan hahaha maka kita memutuskan untuk jalan-jalan santai keliling kota Tokyo.
Rute yang kita ambil adalah Shinbashi-Hibiya-Ginza.  Dari  shinbashi kita menuju ke Hibiya Park dulu lalu lanjut ke daerah Ginza. Ginza adalah salah satu tempat tujuan turis asing yang hobi belanja, khususnya barang-barang bermerk.Â
Tapi saya kesana bukan mau belanja ya hahaha cuma lihat-lihat saja, melipir ke gang-gangnya, lihat toko-toko, lihat restauran, bentuk bangunan-bangunannya dan segala macem yang ada disana.Â
Nah, pas lagi foto-foto dan kagum dengan design bangunan  yang ada di Ginza, saya melewati bangunan bertuliskan The Seiko Museum Ginza. Kita intip dalamnya ternyata ada pembagian waktu untuk bisa masuk kedalam.Â
Saya kepergok oleh staf museumnya saat lagi longok-longok jendelanya, dari dalam mungkin kelihatan kali ya muka kita mupeng ingin masuk tapi malu-malu meong hahaha lalu kita di beri brosur museum dan ditawari untuk masuk, free of charge!! Alhamdulillah...
Awalnya saya pikir masuk ke Seiko Museum ini membosankan loh (maap-maap) abisannya sepi banget. Tapi melihat suami kok kayanya semangat 45 banget lihat jam-jam yang dipamerkan  dan bacain info-info yang ada di dalam museumnya saya jadi (awalnya yaa) terpaksa ikutin dia dan baca keterngan-keterangan yang ada di foto walau kebanyakan kira-kira arti kanjinya, habisnya "kamus hidup"nya kadang suka hilang entah kemana.Â