Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Jatuhnya Garuda Apakah Salah Urus atau Kutukan? Jagalah Shin Tae-yong

2 Januari 2022   09:30 Diperbarui: 2 Januari 2022   09:50 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shin Tae-yong menyalami Irfan Jaya setelah mencetak gol kedua dalam pertandingan Piala AFF 2020 antara Malaysia vs Indonesia (kompas.com)

Seperti tahun-tahun sebelumnya: kita semua menantikan ke mana 2022 akan membawa kita---dan mungkin yang terbaik dari semuanya itu akan membawa kita keluar dari 2021. Jika Anda seperti kebanyakan dari kita, Anda penuh dengan harapan dan tekad berbinar untuk mencapai rakit dari resolusi tahun baru. Tapi secara statistik, Anda tidak akan menyimpannya. 

Baca: Bagaimana Sesungguhnya Menjaga Resolusi Tahun Baru Anda?

Tentu saja, harapannya agar kita tidak ajek terjebak dalam siklus kesalahan yang sama. 

Mari kita bikin resolusi. Bukan kebiasaan baru. Sejak zaman Babilonia kuno sekitar 4.000 tahun silam, tradisi itu sudah dimulai. Kalender adalah hal yang fleksibel, dibentuk oleh dan untuk komunitas yang membuatnya. Kalender Gregorian, sistem penanggalan matahari yang umum digunakan saat ini, dibuat oleh Paus Gregorius XIII pada akhir abad ke-16, sebagai revisi dari kalender Julian, yang dibuat oleh Julius Caesar. Rosh Hashana, Tahun Baru Yahudi, tiba tahun ini pada bulan September dengan bunyi shofar. Tahun Baru Imlek yang akan datang akan dimulai pada 1 Februari, ketika Tahun Lembu, yang melambangkan ketabahan dan kekuatan, akan digantikan oleh Tahun Macan, yang beberapa harapan merupakan tanda auman.

Baca: 1 Januari, Bagaimana Anda Memahami Waktu?

Bicara siklus, sebagai warga yang mencintai olah raga, yang memiliki potensi dan kapasitas untuk menyatukan orang-orang, menjembatani perpecahan politik, ekonomi, dan budaya. Bagi penggemar yang paling bersemangat, sepak bola dapat mendefinisikan hidup mereka, identitas mereka, dan alasan keberadaan mereka. 

Baca: Garuda vs Gajah 1/1, Anda Yakin Menang Shin Tae-yong?

Sejauh amatan saya, sepertinya kita masih berputar-putar di sirkuit itu selama tiga dekade terakhir. Terutama saat timnas Indonesia menghadapi Piala AFF atau SEA Games. Tak perlu melambung bicara di level Asia ataupun dunia, di Asia Tenggara saja kita masih kelelahan. Pada SEA Games 2019, Timnas Indonesia keluar sebagai tim dengan gol terbanyak sepanjang sejarah event, yakni 21 gol. Osvaldo Haay menjadi bintang dengan senggolan delapan gol.

Catatan tersebut jauh dari apa yang Timnas Indonesia bukukan saat menggapai emas pada SEA Games 1987 dengan torehan tujuh gol, dan 1991, lima gol. Sayangnya, Timnas Indonesia hanya sanggup menyumbangkan medali perak untuk sekian kalinya. SEA Games 1987 dan 1991 memang selalu menjadi standar seberapa jauh Timnas Indonesia mampu melangkah. Sebab, dari 22 kali keikutsertaan tim sepak bola di ajang olahraga tertinggi Asia Tenggara tersebut, hanya dua kali Indonesia meraih emas. 

Sejarah baru dicatat Timnas Indonesia karena untuk kali pertama merebut medali emas cabang olahraga sepak bola, setelah mengalahkan musuh bebuyutan Malaysia 1-0 pada final di Stadion Utama Senayan, 20 September 1987. Sukses tersebut terulang empat tahun berselang. Timnas Indonesia berhasil meraih medali emas SEA Games 1991. Berstatus underdog,  saat itu, ditukangi pelatih asal Rusia Anatoli Polosin bersama asistennya Danurwindo dengan pendekatan ala Eropa Timur, yakni disiplin, ketahanan fisik, dan mental yang tangguh. Ada benang merah dengan era Shin Tae-yong.

Kembali bicara siklus, dalam 30 tahun terakhir, saat menghadapi SEA Games atau Piala AFF, biasanya suporter punya siklus seperti ini, tidak banyak berharap, lalu tumbuh asa, harapan memuncak, dan ujungnya kecewa lagi. Sejak prestasi terakhir pada 1991, 4 kali menjadi finalis SEA Games dan hanya berujung perak. Dan, untuk ke-6 kalinya dalam sejarah. Ironisnya dari 5 final sebelumnya, 3 runner-up didapat usai menelan kekalahan di partai puncak dari Thailand. Jika terpapar kutukan, apa salah kita kepada dewa sepak bola? Jika terindikasi salah urus, mengapa tujuh ketua umum PSSI plus tiga plt ketua umum tidak ada perubahan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun