Mohon tunggu...
Wawan Rhee
Wawan Rhee Mohon Tunggu... Wiraswasta - Founder Gardapati Link

Berbagi Celoteh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Idealisme dan Pembunuhan Karakter

11 Juli 2020   08:17 Diperbarui: 11 Juli 2020   08:10 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Xu dan Novel, yang tetap memilih bersikap idealis. (sumber : today.line - DW) 

Nama Xu Xiaodong mungkin terdengar asing. Tapi, ketika berbicara idealisme bela diri, Xu Xiaodong adalah perintis Mixed Martial Arts (MMA) di daratan China yang menentang praktik bela diri "palsu".

Kendati sebagai pelopor seni bela diri campuran, Xu justru menjadi atlet paling tidak dianggap. Di negaranya, Ia dibenci dan tidak dihargai sama sekali. Bahkan, pemerintah mengganjar Xu dengan pembatasan akses sosial dan penurunan kredit poin publik.

Xu dianggap telah melecehkan seni bela diri asli Tiongkok, kungfu. Ia menantang para praktisi bela diri, untuk bertarung secara terbuka. Tak hanya satu, Xu menantang hampir semua aliran ahli kungfu berbagai aliran. Mulai Tai Chi hingga Wing Chun.

Dengan teknik tarung MMA, Xu mampu membuktikan dirinya sebagai petarung berkelas. Sekaligus menunjukkan ke publik jika lawannya yang selama ini dicitrakan sebagai ahli bela diri rupanya tidak mampu mengimplentasikan teknik bela diri ke dalam pertarungan yang sesungguhnya.

Petarung kelahiran di Beijing 15 November 1979 silam ini sebenarnya bukan untuk gagah-gahan. Karena idealisme, Xu ingin membuka mata publik dengan membongkar praktik kebohongan kungfu di China. Itu saja.

Petarung bertubuh gempal ini khawatir, jika peserta didik sekolah bela diri yang diajarkan oleh praktisi "palsu" justru tidak dapat digunakan pada pertarungan sesungguhnya yang akan dihadapi di kemudian hari.

Xu yakin, para petinggi sekolah bela diri bergelar master hingga grandmaster telah melakukan penipuan dan mengajarkan bela diri "palsu" terhadap murid-muridnya. Padahal masyarakat China yang mengikuti kelas bela diri tersebut membayar iuran sebagaimana sekolah pada umumnya. Inilah yang mungkin dianggap Xu sebagai pembohongan.

Fokus Xu tentu bukan pada seni bela diri kungfu, melainkan kepada sang master. Xu sendiri percaya terhadap ajaran tradisional leluhurnya itu. Walau sebagai pelopor MMA, namun basic bela diri Xu adalah Sanshou yang dikenal sebagai tinju China.

Ia menekuni Shashou saat usianya 20 tahun. 2017 silam, master Tai Chi, Wei Lei menyebut teknik bertarung MMA tidak praktis dan punya banyak kelemahan. Wei Lei malah sesumbar. Menurutnya, ia mampu melepaskan kuncian MMA, Rear Naked Choke menggunakan satu tangan dengan sangat mudah.

Menanggapi tudingan Wei Lei, Xu yang terlanjur kesal dengan praktik bela diri "palsu" kian geram. Xu menantang Wei Lei bertarung satu lawan satu untuk membuktikan omongannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun