Mohon tunggu...
Wasiat Kumbakarna
Wasiat Kumbakarna Mohon Tunggu... karyawan swasta -

melihat sesuatu dengan lebih cerdas dan tenang

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilih Sutiyoso, Jokowi Khianati NU!

16 Juni 2015   14:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:01 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dibuatlah seolah-olah penunjukkan Kepala BIN (KaBIN) baru, yaitu Sutiyoso bermasalah dan banyak ditolak orang. Katanya, Jokowi melupakan kaum Nahdliyin sebagai pemilih terbesar di Pilpres 2014 lalu. Penunjukkan Sutiyoso membuat para kyai Nahdatul Ulama (NU) kecewa. Seharusnya Jokowi memilih As’ad Said Ali sebagai KaBIN baru. Untuk diketahui, As’ad selain saat ini menjabat wakil KaBIN, juga menjabat wakil ketua PBNU.

“Beberapa saat setelah diumumkan kalau yang ditunjuk Jokowi bukan Pak As’ad, para kiai di Jawa Timur dan sejumlah daerah mengungkapkan rasa kecewa. Kita mempertanyakan komitmen awal Jokowi sebelum Pilpres,” ungkap Wakil Sekjen PBNU Adnan Anwar. Adnan menambahkan pihaknya tidak menolak sosok Sutiyoso yang dipilih Jokowi, akan tetapi mempertanyakan komitmen Jokowi.

Masih menurut Adnan, As’ad dan beberapa tokoh NU lain lah yang menyakinkan para kyai untuk memilih Jokowi saat pilpres lalu. Senada dengan Adnan, tokoh NU lainnya, AS Hikam mengatakan Jokowi pernah berjanji kepada As’ad Ali tentang jabatan KaBIN. "Tetapi yang namanya janji politik, seperti biasa, sangat mudah 'masuk angin'," kata Hikam lewat akun facebooknya.

Jokowi lupa?

Hikam menyayangkan Jokowi yang lupa kenyataan Nahdliyin adalah pemilih terbesar Jokowi. "Saya tidak tahu apakah PJ (Jokowi) lupa terhadap fakta bahwa warga Nahdliyyin adalah salah satu pemilihnya yang terbesar sehingga beliau unggul melawan Prabowo dalam Pilpres 2014. Jika skeptisisme dan distrust ini berlanjut, ia bisa merugikan bagi kepemimpinan beliau sendiri," beber AS Hikam.

Jokowi dan elit di sekitarnya dalam pandangan Hikam sudah mengabaikan variabel akar rumput (warga NU) dan memprioritaskan variabel kekuatan elit (dukungan parpol, khususnya PKPI). Di satu sisi itu bisa menjadi langkah yang cerdas demi mempertahankan kekuasaan. Pastinya, ini merupakan kado buruk bagi warga NU menjelang Ramadan.

Berlebihan dan blunder

Pendapat kedua cendekia NU, Adnan dan Hikam, di atas boleh lah dijadikan diskursus. Tapi ada kesan berlebihan dan bahkan blunder dari mereka. Mereka seolah ingin membenturkan Jokowi dengan NU, dengan para kyai Nahdliyin. Pendapat mereka, bagaimana pun klaim mereka, tak bisa benar-benar mewakili pendapat para kyai NU.

Menurut saya, keputusan Jokowi tidak memilih As’ad Ali sebagai KaBIN bukanlah bentuk sentimen melupakan NU. Jika Jokowi melupakan NU, tidak akan dia memberikan jatah menteri dan wapres (bahkan) kepada Nahdliyin. Menag Lukman, Menpora Imam, Mensos Khofifah, Menteri Desa Marwan, dan lain-lain, apakah mereka bukan wakil NU di pemerintahan Jokowi? Apakah Anda akan tetap menyebut Jokowi melupakan NU? Melupakan para kyai?

Blunder bagi Hikam dan Adnan, mereka justru seolah menggambarkan NU dan sosok para kyai gila kekuasaan. Satu posisi tak menjadi milik NU, lalu marah. Ini tentu bukan gambaran ideal NU dan para kyai. Kelompok masyarakat lain akan menilai NU secara buruk. Jadi, intinya, tak ada itu Jokowi melupakan NU, melupakan para kyai!

Marciano dukung Sutiyoso

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun