Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan alami terbaik bagi bayi karena mengandung zat gizi lengkap, antibodi, enzim, serta faktor imunologis yang tidak dapat tergantikan oleh susu formula. WHO dan UNICEF merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi dan dilanjutkan dengan makanan pendamping hingga usia dua tahun untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian anak. Meskipun demikian, praktik pemberian ASI eksklusif masih menghadapi berbagai tantangan, baik dari sisi pengetahuan ibu maupun kondisi sosial dan ekonomi keluarga, sehingga integrasi literasi gizi dan pemahaman mengenai komposisi ASI matur sangat penting dalam mewujudkan pemberian ASI eksklusif yang berkualitas.
   Selanjutnya, literasi gizi berperan penting sebagai fondasi utama dalam membangun pemahaman ibu mengenai manfaat ASI eksklusif. Rendahnya literasi gizi sering membuat ibu menerima informasi keliru, misalnya keyakinan bahwa ASI tidak cukup untuk pertumbuhan bayi atau harus diganti dengan susu formula. Penelitian berbasis penyuluhan kesehatan di tingkat posyandu menunjukkan bahwa edukasi mampu meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan menyusui terkait cara pemberian ASI yang benar serta manfaat ASI eksklusif. Dengan demikian, literasi gizi yang baik dapat meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri ibu dalam mempertahankan pemberian ASI eksklusif.
   Selain itu, pemahaman mengenai komposisi ASI matur juga menjadi kunci untuk mendukung keberhasilan menyusui. Komposisi ASI yang bersifat dinamis dipengaruhi oleh tahap laktasi, pola makan ibu, status gizi, dan faktor genetik. ASI matur yang mulai diproduksi dua minggu setelah melahirkan mengandung kombinasi zat gizi makro dan mikro yang seimbang, meliputi protein, laktosa, lemak, vitamin, dan mineral. Penelitian menunjukkan adanya variasi kandungan asam lemak antar kelompok etnis, di mana ibu dari etnis dengan konsumsi tinggi daging dan susu memiliki kadar asam lemak jenuh lebih tinggi. Hal ini memperlihatkan bahwa pola makan ibu dapat memengaruhi kualitas biokimia ASI matur yang diterima bayi.
   Kemudian, faktor maternal juga terbukti berpengaruh signifikan terhadap kualitas ASI. Nutrisi ibu selama menyusui sangat menentukan, misalnya konsumsi ikan yang meningkatkan kadar DHA dalam ASI atau asupan vitamin yang memengaruhi kadar vitamin tertentu. Mode persalinan turut berpengaruh, di mana ibu yang melahirkan melalui operasi sesar terbukti memiliki kadar lipid polar lebih tinggi dibanding ibu yang melahirkan secara normal. Lebih jauh, penelitian juga menemukan bahwa jenis kelamin bayi memengaruhi densitas energi ASI, di mana ASI untuk bayi laki-laki cenderung memiliki kandungan lemak lebih tinggi dibandingkan untuk bayi perempuan. Dengan demikian, kualitas ASI matur sangat erat kaitannya dengan kondisi biologis dan sosial ibu.
   Di samping itu, faktor sosial-ekonomi juga tidak dapat diabaikan. Data di Indonesia menunjukkan bahwa tingkat pemberian ASI eksklusif di keluarga miskin hanya sekitar 39,9 persen. Rendahnya praktik ini berhubungan erat dengan pendidikan ibu, status perkawinan, akses terhadap pelayanan antenatal care (ANC), serta pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD). Ibu dengan pendidikan rendah, usia muda, dan tidak mendapatkan ANC lebih rentan untuk gagal memberikan ASI eksklusif. Oleh karena itu, kelompok ibu dari keluarga miskin perlu menjadi sasaran prioritas dalam promosi ASI eksklusif melalui peningkatan literasi gizi yang terintegrasi dengan layanan kesehatan dasar.
   Dengan melihat keterkaitan berbagai faktor tersebut, integrasi literasi gizi dengan analisis komposisi ASI matur sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan kualitas pemberian ASI eksklusif. Literasi gizi dapat memberikan pemahaman praktis tentang pentingnya ASI, sementara analisis komposisi ASI matur menegaskan bahwa ASI adalah sumber nutrisi unik yang selalu menyesuaikan kebutuhan bayi. Sinergi keduanya dapat memperkuat motivasi ibu untuk terus menyusui, memberikan informasi ilmiah yang mudah dipahami, serta menjadi dasar perumusan kebijakan kesehatan masyarakat yang lebih efektif.
   Sebagai kesimpulan, ASI matur adalah sumber nutrisi yang tidak tergantikan bagi bayi, namun kualitasnya dipengaruhi oleh faktor maternal, sosial, dan lingkungan. Peningkatan literasi gizi ibu sangat penting untuk memastikan bahwa mereka memahami manfaat biologis ASI matur dan tetap termotivasi menyusui secara eksklusif. Integrasi literasi gizi dengan analisis komposisi ASI matur tidak hanya meningkatkan kualitas pemberian ASI eksklusif, tetapi juga berkontribusi pada penurunan angka kesakitan dan kematian bayi serta mendukung terciptanya generasi yang lebih sehat di masa depan.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI