Mohon tunggu...
Monica Warih
Monica Warih Mohon Tunggu... Relawan - Personal

Hidup sederhana namun bermakna bagi sesama.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Wacana dan 7 Tingkat Kesadaran Lingkungan

27 Oktober 2017   08:44 Diperbarui: 27 Oktober 2017   08:44 1843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wacana Lingkungan

Elkington (1961-2001) menggambarkan adanya tiga gelombang transformasi lingkungan. Gelombang pertama, yang mencapai puncaknya pada Hari Bumi tahun 1970, muncul ketika ada pemahaman bahwa dampak lingkungan harus dibatasi. Hal ini mengakibatkan pencurahan peraturan dan sikap defensif dari bisnis. Gelombang kedua mencapai puncaknya pada Hari Bumi 1990 dan membawa kesadaran bahwa jenis produksi dan teknologi baru mulai dibutuhkan. Pada gelombang ini, bisnis harus dapat memimpin dan lebih kompetitif di suatu bidang. Selain itu, mulai muncul kesadaran bahwa suatu perusahaan harus memiliki teknologi baru dan hasil produksi yang ramah lingkungan. Gelombang ketiga, yang dimulai pada tahun 1999, dipandang sebagai masa pemahaman bahwa pembangunan berkelanjutan memerlukan perubahan besar dalam tata kelola perusahaan serta memerlukan peran pemerintah dan masyarakat sipil. Perubahan ini mencakup kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan sehingga pembangunan berkelanjutan dapat terus berlangsung.

Sedangkan Eder (1996) memulai tiga fase di akhir tahun 1960an. Dia menggambarkan fase pertama sebagai fase di mana ketidakcocokan ekologi dan ekonomi mencirikan masalah lingkungan. Kebutuhan seseorang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi seringkali mengorbankan lingkungan. Ada perusahaan yang lebih mementingkan keuntungan ekonomi dan tidak peduli dengan cara-cara yang dilakukan. Misalnya jika dengan mengeksploitasi alam ia bisa memperoleh keuntungan yang besar, maka ia akan melakukan hal itu. Tahap kedua terjadi ketika pendekatan peraturan mendominasi tindakan dan wacana lingkungan. Ada peraturan-peraturan yang dibuat untuk membatasi tindakan, sehingga setiap tindakan yang dilakukan oleh perusahaan tidak merusak lingkungan. Fase ketiga, yang muncul pada pertengahan tahun 1990an, adalah "normalisasi budaya masalah lingkungan dan integrasi pada pola pikir ideologis yang mapan". Pada fase ini, setiap pelaku perusahaan dibekali dengan pengetahuan-pengetahuan mengenai masalah lingkungan. Dengan pengetahuan mengenai permasalahan lingkungan tersebut, diharapkan para pelaku perusahaan dapat meminimalisir setiap tindakan yang dapat merusak lingkungan.

7 Tingkat Kesadaran Lingkungan

Etika adalah kerangka berpikir untuk menentukan suatu tindakan apakah baik atau tidak baik. Secara umum, filsafat tradisional menyebut konsekuensial/teleologi sebagai suatu hasil yang berdampak pada tujuannya. Jika tujuan baik walaupun dengan cara yang tidak baik tetap dianggap baik. Lawannya adalah deontologikal yang memandang suatu tindakan baik tergantung dari cara yang digunakan.

Ada beberapa varian dalam dua sudut pandang ini dan Gray (1996) menawarkan tujuh tingkat klasifikasi untuk menjelaskan "beberapa cara umum di mana berbagai kelompok dalam masyarakat dapat membayangkan hubungan antara perusahaan dan masyarakat".

1. Pristine Capitalis

Prinsip kapitalis yang paling murni, yaitu perusahaan didirikan untuk mendapat keuntungan sebesar-besarnya bagi pemegang saham. Dalam kelompok ini, perusahaan tidak memikirkan dampak terhadap lingkungan dan masyarakat yang disebabkan oleh aktivitas perusahaan.

2. Expedient

Konsep CSR, yaitu perusahaan boleh mencari keuntungan sebesar-besarnya tetapi mulai harus memperhatikan masyarakat dan lingkungan sekitar yang terdampak perusahaan tersebut.

3. Social contract proponent

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun