Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Bukber Virtual, Caranya Beda, tapi Problemnya Sama

25 April 2021   19:00 Diperbarui: 28 April 2021   02:39 3452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukber virtual | ilustrasi: Benny Rachmadi via kontan.co.id

Soal jadwal tidak ada masalah. Sudah disepakati tanggal 30 April mendatang. Aplikasi yang akan dipakai pun sudah dipilih, yakni zoom.

Namun, diskusi menjadi lebih serius ketika ada di antara kami yang mengusulkan soal perlunya mengenakan dresscode dan menu wajib yang perlu disiapkan masing-masing peserta bukber. Alasannya agar bukber virtual menjadi semakin seru. Dengan menggunakan baju yang senada paling tidak bisa membuat foto bukber kami nanti menjadi lebih keren. Sementara soal menu wajib, alasannya agar suasana bukber virtual mirip dengan suasana buka puasa di tempat makan pada waktu-waktu yang lalu di mana panitia memesankan menu yang sama.

Saya termasuk yang agak keberatan dengan usulan tersebut. Soal dresscode dan menu wajib yang harus kami siapkan masing-masing bagi saya tidak perlu. Pakaiannya boleh apa saja yang penting sopan. Tak harus pakai baju koko atau gamis.

Soal makanan juga kurang pas jika buka bersama dari rumah masing-masing, tapi menunya ditentukan agar sama. Menurut saya mewajibkan satu menu tertentu akan membuat orang berpikir ulang untuk ikut bukber virtual. Selain belum tentu berselera, itu juga membebani waktu dan biaya.

Demikian pula soal lama waktu bukber virtual. Semula ada yang ingin satu setengah jam karena akan ada games tebak-tebakan dan sesi di mana semua yang hadir diberi kesempatan untuk bicara tentang topik tertentu yang disepakati.

Menurut saya waktu yang terlalu lama selain akan membosankan, juga bisa membuat ketidaknyamanan manakala ada yang ingin salat isya dan tarawih tepat waktu. Bisa saja ia pamit lebih dulu. Tapi mungkin ada rasa segan untuk berpamitan sehingga terpaksa menunda salat atau urusan lainnya demi ikut bukber sampai tuntas.

Syukurlah akhirnya kami mencapai kesepakatan yang moderat. Soal dresscode tetap ada, tapi tidak wajib. Sementara soal menu wajib ditiadakan. Makanan atau minumannya boleh apa saja. Sedangkan lamanya bukber diputuskan hanya satu jam dengan tetap ada sesi games dan obrolan santai.

Model bukber yang lebih fleksibel dan santai tersebut rasanya lebih sesuai. Paling tidak kebiasaan-kebiasaan buka bersama sebelum pandemi memang kurang cocok diadopsi ke ruang virtual. Lagipula bukber virtual sebenarnya bisa jadi media untuk mulai meninggalkan kebiasaan-kebiasaan hedon dan lupa waktu yang sering tampak pada buka bersama selama ini.

Selain itu, dikhawatirkan kalau bukber virtual harus menggunakan pakaian senada dan ada menu wajib yang perlu ditunjukkan, orang akan malas. Ujung-ujungnya problem bukber virtual akan sama seperti bukber yang sudah-sudah, yakni sekadar wacana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun