Mohon tunggu...
HUN FLOCKY
HUN FLOCKY Mohon Tunggu... Aktivis budaya Masyarakat Lembah baliem suku hubula

Menulis dan menyoroti pentingnya akar dan identitas budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Rapat Kordinasi pelaksanaan cetak Perluasan Areal Sawah: Titik Kulminasi dari gerakan Tani Milenial dan P3A

8 Agustus 2025   14:44 Diperbarui: 8 Agustus 2025   14:48 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto setelah rapat (sumber hun flocky via FB)

 Papua Pegunungan siap Perluas Areal Sawah: Titik Kulminasi dari gerakan Tani Milenial dan P3A

Wamena, 8 Agustus 2025--- Di tengah udara sejuk pegunungan tengah Papua, sebuah rapat koordinasi digelar di Wamena. Meski belum tersedia informasi rinci tentang isi rapat, peristiwa ini menandai titik kulminasi dari rangkaian gerakan sosial, kebijakan publik, dan harapan kolektif yang telah bergulir selama dua pekan terakhir. Rapat Koordinasi Awal Pelaksanaan Cetak Sawah Provinsi Papua Pegunungan bukan sekadar agenda birokrasi, melainkan simbol kebangkitan ekonomi lokal yang berakar pada tanah dan budaya sendiri.

Seruan ini pertama kali menggema pada 26 Juli 2025, ketika Wakil Gubernur Papua Pegunungan, Dr. Ones Pahabol, menyampaikan pidato yang kini dikenal sebagai deklarasi "perang ekonomi." Dalam kunjungannya ke Jayawijaya, ia mengajak masyarakat untuk meninggalkan konflik dan mulai membangun kemandirian melalui pertanian, UMKM, dan komoditas lokal. "Kita harus lawan ketergantungan ekonomi yang membuat rakyat kita hanya jadi penonton," tegasnya. Komoditas seperti keladi ungu, kopi, dan sayuran segar disebut siap menembus pasar Biak, Timika, hingga Jayapura.

Tak lama setelah seruan itu, petani dari tiga distrik---Wita Waya, Pisugi, dan Libarek---bergotong royong membersihkan saluran irigasi yang mengairi hamparan sawah bersama. Aksi ini bukan hanya teknis, tetapi juga simbol solidaritas sosial dan kesiapan masyarakat menyambut program cetak sawah. Gotong royong menjadi nadi awal dari gerakan ekonomi rakyat yang berbasis tanah dan air.

Pada 28 Juli, Dinas Pertanian Papua Pegunungan di bawah kepemimpinan Sem Kepno menggelar sosialisasi dan menyampaikan rencana pembukaan 8000 hektare lahan sawah. Dukungan datang dari akademisi Universitas Cenderawasih, tokoh adat, dan kelompok tani. Dua hari kemudian, tim teknis dari Kementerian, P3A, dan Dinas Pertanian melaksanakan survei lapangan tahap pertama seluas 1000 hektare. Wakil Gubernur dan Wakil Bupati Jayawijaya, Ronny Elopere, langsung memberi arahan dan dorongan koordinatif.

Suara petani milenial pun ikut menggema: "Kami petani milenial akan memanfaatkan kegiatan ini sebagai basis pertahanan masyarakat lokal. Terima kasih atas dukungan Pemda dan wacana sistem penjualan satu pintu, semoga ini menambah semangat kerja petani dan masyarakat se-Jayawijaya."

Dari perspektif agraria, wilayah Jayawijaya memiliki tanah subur yang cocok untuk pertanian dataran tinggi. Namun, perluasan sawah harus mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan sistem adat yang mengatur hak ulayat. Sistem pertanian tradisional seperti tumpang sari dan rotasi lahan perlu diintegrasikan agar tidak terjadi degradasi tanah atau konflik ekologis.

Secara sosial budaya, tanah bagi masyarakat Papua bukan sekadar aset ekonomi, melainkan ruang hidup yang sakral. Cetak sawah harus menghormati struktur adat  oleh tokoh pemuda Yonas Marian, Asur Alua, dan Onel Tabuni yang selama ini menjadi penggerak lapangan. Gotong royong dan partisipasi petani menunjukkan bahwa pembangunan yang menyatu dengan budaya akan tumbuh berkelanjutan.

Dari sisi politik dan pemerintahan, Papua Pegunungan sebagai daerah otonom baru sedang membangun struktur birokrasi. Rapat koordinasi ini menjadi ujian awal sinergi antar lembaga dan komitmen pemerintah terhadap pendekatan partisipatif. Seruan "perang ekonomi" mencerminkan dorongan untuk membebaskan Papua dari ketergantungan struktural dan membangun ekonomi berbasis rakyat.

Secara ekonomi, cetak sawah bukan hanya soal produksi, tetapi juga strategi geopangan untuk menghadapi krisis global dan memperkuat ekonomi lokal. Sistem distribusi hasil panen, wacana penjualan satu pintu, dan penguatan UMKM menjadi bagian dari ekosistem baru yang sedang dibangun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun