Mohon tunggu...
Wa pinasugande
Wa pinasugande Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Mencegah lebih baik dari pada mengobati

Nama :wa pina sugande Alamat: gunung jati, kelurahan jati mekar Status : Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Gangguan Jiwa Skizofrenia

23 Maret 2020   21:40 Diperbarui: 25 Maret 2020   05:01 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

( Proporsi rumah tangga dengan ART gangguan jiwa skizofrenia )


WHO (2009) memperkirakan 450 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu dalan rentang hidupnya yang biasanya terjadi pada dewasa muda antara usia 18-21 tahun. Menurut National institute of mental health, gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi 25% di tahun 2030. Di Bali kejadian skizofrenia lebih tinggi rentang hidupnya di bandingkan yang ada di Indonesia. Di Bali kejadian skizofrenia mencapai 11%, dan di Indonesia mencapai 7% , dan yang paling terendah kejadian skizofrenia yaitu di Kepri yang mencapai 3% dari penyakit secara keselurahan. Gangguan jiwa menyebabkan hilangnya produktifitas, dan mudah kambuh sehingga meningkatkan biaya perawatan.


Berbagai penelitian menyatakan bahwa Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang paling banyak dialami oleh beberapa orang dibandingkan penderita gangguan jiwa lainnya yang umumnya menyerang pada usia produktif dan merupakan penyebab utama disabilitas kelompok usia (15-44 tahun). Di Indonesia skizofrenia diperkirakan sekitar 30.000 orang penderita yang harus dipasung dengan alasan agar tidak membahayakan orang lain atau untuk menutupi aib keluarga, namun hal ini justru memperparah keadaan pasien itu sendiri.


Skizofrenia tidak hanya menjadi gangguan yang banyak dialami, gangguan ini adalah salah satu gangguan jiwa dengan output kesembuhan yang kurang begitu baik. Sampai saat ini para ahli belum mendapatkan kesepakatan tentang definisi baku dari kekambuhan skizofrenia. Insiden kambuh pasien skizofrenia adalah tinggi, yaitu berkisar 60%-74% pasien skizofrenia yang kambuh, 71% di antaranya memerlukan rehospitalisasi (  

Penyebab skizofrenia yaitu:
1. Factor biologis
a.  Komplikasi kelahiran
Dimana Bayi laki-laki yang memiliki komplikasi saat dilahirkan sering mengalami skizofrenia,hipoksia prinatal akan meningkatkan kerentanan seseorang terhadap skizofrenia.


b.  Infeksi
Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeksi virus pernah dilaporkan pada orang dengan skizofrenia. Penelitian mengatakan bahwa kemungkinan seseorang mengalami skizofrenia.


c.  Hipotesis dopamine Dopamine merupakan neurotransmitter pertama yang berkontribus iterhadap gejala skizofrenia. Hamper semua obat antipsikotik baik tipikal maupun antipikal menyekat reseptor dopamine D2, dengan terhalangnya transmisi sinyal di sistem dopaminergik maka gejala psikotik diredakan.


 d.  Hipotesis Serotonin Gaddum, Wooley, dan Show tahun 1954 mengobservasi efek lysergic acid diethlamide (LSD) yaitu suatu zat yang bersifat campuran agonis/antagonis reseptor 5-HT. Ternyata zat tersebut menyebabkan keadaan psikosis beratp ada orang normal.


 e.  Struktur Otak Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah system limbik dan ganglia basalis. Otak pada penderita skizofrenia terlihat sedikit berbeda dengan orang normal, ventrikel terlihat melebar, penurunan massa abu-abu dan beberapa area terjadi peningkatan maupun penurunan aktifitas metabolic. Pemeriksaan mikroskopis dan jaringan otak ditemukan sedikit perubahan dalam distribusi sel otak yang timbul pada masa prenatal karena tidak ditemukannya sel gila, biasa timbul pada trauma otak setelah lahir.


2. Faktor Genetik Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan, 1% populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyai hubungan derajat pertama seperti orang tua, kakak laki-laki ataupun perempuan dengan skizofrenia.  Masyarakat yang mempunyai hubungan derajat kedua seperti paman, bibi, kakek/nenek, dan sepupu dikatakan lebih sering disbandingkan populasi umum. Kembar identik 40% sampai 65% berpeluang menderita skizofrenia, sedangkan kembar dizigotik sebanyak 12%. Anak dan kedua orangtua yang skizofrenia berpeluang 40%, satu orang tua 12%.


Dampak gangguan jiwa menyebabkan keluarga kehilangan banyak waktu untuk merawat, mengalami beban emosional, dan sosial akibat stigma dari masyarakat . Oleh karena itu di Indonesia  gangguan jiwa menimbulkan kerugian ekonomi mencapai Rp 20 triliun, akibat hilangnya produktivitas, beban ekonomi dan biaya perawatan kesehatan yang harus ditanggung keluarga dan negara. Klien gangguan jiwa tidak hanya membutuhkan dukungan ekonomi saja tetapi juga memerlukan sistem  dukungan sosial yang mencakup dukungan emosional, informasional, instrumental dan penilaian/penghargaan untuk menjalani program pemulihan (recovery) dan menghadapi  stigma di masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun