Mohon tunggu...
WANDA AFRILLIAN
WANDA AFRILLIAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - PKTJ TEGAL

Hobi : Bermain sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Film

Indonesia Calling 1946

29 November 2022   14:00 Diperbarui: 29 November 2022   14:03 1328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Indonesia calling adalah film dokumenter pendek yang rilis tahun 1946 yang berceritakan tentang sejarah perjuangan buruh-buruh indonesia yang ada di Australia dalam menggagalkan kapal Belanda yang membawa senjata perang ke Indonesia untuk merebut kembali koloninya. Film ini disutradarai oleh Joris ivens dan di produksi oleh Waterside Worker's Federation.

Durasi film tersebut 22 menit dan banyak sekali adegan yang dicetak ulang dengan editing yang sangat menyerupai film fiksi Hollywood sehingga film tersebut tidak sepenuhnya film dokumenter yang menceritakan kembali sebuah kejadian atau realitas yang menggunakan fakta atau data. Film ini menyatakan bahwa bahan kampanye yang digunakan oleh pekerja Indonesia di Australia untuk membujuk serikat buruh ini untuk penindasan dari kaum Belanda terhadap buruh di Indonesia.

Mereka mengajukan gagasan pertentangan gagasan kemerdekaan bangsa. Tantangan terhadap persepsi umum yang coba dikembangkan bahwa gerakan kiri hanya bersifat negatif belaka terhadap kemerdekaan Indonesia. Film Indonesia Calling dimulai dengan rekaman suara 1.400 orang Indonesia yang akan diangkut dengan kapal Esperence Bay kembali ke Surabaya. Sebelum kapal berlayar, EV Eliott yang mewakili gabungan perserikatan buruh Australia memberikan bendera kepada perwakilan buruh Indonesia, sebagai representasi dukungan serikat buruh di Australia terhadap kemerdekaan Indonesia.

Itu menunjukkan bahwa buruh Australia memiliki rasa peduli terhadap kemerdekaan Indonesia. Di sisi lain perwakilan buruh Indonesia mengucapkan terima kasih atas dukungan tersebut karena dengan dukungan tersebut buruh Australia dan buruh Indonesia memiliki hubunganyang baik antara buruh Indonesia dengan buruh lain di Australia. Hubungan yang tidak pernah dipaparkan dalam sejarah resmi Pemerintah Indonesia, namun Joris Ivens sukses menciptakan hubungan baik Australia dan Indonesia di dalam film Indonesia Calling.

Para buruh Indonesia yang bekerja untuk perusahaan pelayaran di Australia, sebelumnya adalah tahanan politik Netherlands East Indies (NIS) di daerah Digoel. Setelah NIS menyerahkan koloninya ke Jepang pada tahun 1942 para tahanan politik tersebut dipindahkan menuju Australia. Di sana mereka melakukan aktivitas politik karena adanya jaminan kebebasan dari pemerintah Australia maupun kelompok kebebasan sipil setempat. 

Tertarik dengan bakat dan komitmen politik para aktivis kiri Indonesia tersebut, Joris Ivens dengan bantuan Catherine Duncan yaitu seorang bintang radio ABC yang bekerja di Melbourne memutuskan untuk merekrut mereka dalam memproduksi film Indonesia Calling. Dan hasilnya yang telah ditentukan pada tanggal 6 Agustus 1946 film tersebut berhasil dirilis dan resmi diadakan pemutaran perdananya di Newsreel Theatre Kings Cross (NTKC) Sydney dan dukungan Partai Buruh yang dipimpin Perdana Menteri Australia, Ben Chifley.

Di ujung tekad mereka melakukan sumpah bersama dipimpin oleh seorang Indonesia yang mengenakan jas dan dasi. Bunyi sumpah itu: "Demi nama Allah, kita akan menegakkan kebenaran." Yang juga menarik dari sumpah itu adalah pengucapan 'Allah' yang cenderung'alah' (seperti orang Kristen Indonesia mengucapkannya) ketimbang 'alloh' (yang biasa diucapkan oleh orang Islam Indonesia). Informasi kecil ini bisa jadi semacam kekeliruan fakta saja tapi bisa juga simplifikasi dari "sifat relijius orang Indonesia" tanpa membedakan apakah mereka Islam atau Kristen.

Kontestasi wacana tentang peran mereka juga begitu sengit dan film ini melakukan simplifikasi bahwa religius bisa berdampingan dengan gerakan buruh sosialis dan gagasan kemerdekaan yang cenderung nasionalistis untuk kasus Indonesia. Kehidupan Indonesia menjadi sangat kosmopolitan di film ini. Bisa jadi hal ini terjadi simplifikasi dari Ivens sendiri terhadap fakta yang ditemuinya sepanjang film ini, tetapi bisa jadi juga apa yang direkam oleh Joris Ivens tersebut mencerminkan kekuatan yang memang ada pada masa itu.

Sifat kosmopolitan Indonesia tampak menonjol pada gambaran gaya hidup orang Indonesia di Australia dalam film ini. Mereka mementaskan wayang orang dan didalam pementasan itu  tampak dua orang penari yaitu keduanya laki-laki tetapi salah satu memerankan tokoh perempuan. Pandangan joris ivens pada film ini seperti menegaskan tesis Dunn dan Barker bahwa proses pembentukan identitas Indonesia tidaklah mudah dan di awal kelahiran Negara ini terbantu pembentukannya oleh gambaran yang sangat kosmpolitan pada film ini. Film ini yang justru memperkenalkan gagasan "gerakan kemerdekaan Indonesia" ke berbagai Negara dan bukan dari alat propaganda domestik yang banyak ditulis oleh buku sejarah kita.

Ada banyak nilai nilai positif yang bisa kita ambil dari film indonesia calling. Salah satunya rasa solidaritas buruh Australia yang membantu Indonesia menggagalkan kapal Belanda yang membawa senjata perang ke Indonesia untuk merebut kembali koloninya. Itu menunjukkan bahwa buruh Australia memiliki rasa peduli terhadap kemerdekaan Indonesia. Sekian review film Indonesia Calling dari saya, semoga dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kalian yang membacanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun