Mohon tunggu...
Qy
Qy Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswi

Masih belajar dalam hal apapun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Puasa sebagai Self-Control

6 Mei 2019   23:43 Diperbarui: 7 Mei 2019   00:25 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ramadhan adalah bulan penuh berkah bagi seluruh umat muslim di penjuru alam. Dimana kita menjalankan ibadah puasa sebulan penuh dan ibadah kita bernilai dua kali lipat dari bulan-bulan biasa. Puasa diartikan dengan sederhana yaitu artinya menahan.

Bukan hanya sekedar menahan lapar dan haus saja, namun menahan nafsu dari terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari. puasa merupakan madrasah moralitas dan dapat dijadikan sarana latihan untuk menemba berbagai macam sifat terpuji.

Puasa adalah jihad melawan hawa nafsu menangkal godaan-godaan dan rayuan-rayuan setan yang terkadang terlintas dalam seseorang bersikap sabar pikiran. Puasa bisa membiasakan sesorang bersikap sabar terhadap hal-hal yang diharamkan, penderitaan, dan kesulitan yang kadangkala muncul dihadapannya.

Starvasi (kelaparan) dalam berbagai bentuk dapat mengganggu kesehatan tubuh. Namun sebaliknya, dalam puasa Ramadhan terjadi keseimbangan anabolisme dan katabolisme yang berakibat asam amino dan berbagai zat lainnya membantu peremajaan sel dan komponennya memproduksi glukosa darah dan mensuplai asam amino dalam darah sepanjang hari.

Cadangan protein yang cukup dalam hati karena asupan nutrisi saat berbuka dan sahur akan tetap dapat menciptakan kondisi tubuh untuk terus memproduksi protein esensial lainnya seperti albumin, globulin dan fibrinogen. Hal ini tidak terjadi pada starvasijangka panjang, karena terjadi penumpukan lemak dalam jumlah besar, sehingga beresiko terjadi sirosis hati. Sedangkan saat puasa di bulan Ramadhan, fungsi hati masih aktif dan baik.

Hikmah puasa dari satu sudut kehidupan adalah merupakan jalan menuju hikmah, mendekati kebenaran mutlak. Permasalahan ini dianggap penting karena puasa diharapkan menjadi media ritual sekaligus universal bagi pembinaan hamba dalam melaksanakan ibadah puasa termasuk dalam bulan Ramadhan.

Masyarakat di Indonesia umumnya dalam menghadapi bulan puasa melakukan bermacam usaha untuk menghindari kekurangan gizi karena frekuensi makan yangberkurang. Hal ini timbul karena rasa khawatir dan banyaknya tawaran iklan yang menjanjikan kekuatan di saat makanan yang masuk berkurang, yaitu dengan mengkonsumsi tambahan berupa vitamin dan mineral, sehingga tampak ada kekhawatiran dan ketakutan akan kekurangan makanan pada saat melaksanakan puasa sebulan penuh. Kebiasaan mengonsumsi sumber karbohidrat sederhana yang lebih banyak di masa-masa bulan Ramadhan sering terjadi; seperti lebih banyak menyediakan kolak, kue-kue, sirup dan buah, yang semuanya mengandung gula.

Di samping sumber karbohidrat, dalam lingkungan keluarga yang tingkat ekonominya sudah baik biasanya penyediaan dan masukan protein hewani untuk anggota keluarga menjadi lebih banyak dibandingkan dengan saat-saat di luar bulan Ramadhan. Semua kondisi tersebut menimbulkan pertanyaan, bagaimanakah keadaan sebenarnya masukan energi orang yang berpuasa Ramadhan jika mengingat memang kegiatan pada bulan Ramadhan pun agak berbeda daripada hari-hari biasanya. Rasullah mengatakan: "Orang yang memasuki pagi hari dengan kesehatan yang baik, aman di tempat kediamannya dan memiliki makanan hariannya, maka seolah-olah seluruh kehidupan dunia ini telah dianugerahkan kepadanya". (HR At-Turmudzi).

Dalam kajian tentang nilai-nilai rohaniah puasa merupakan bentuk tes keimanan bagi kaum Muslim dan menguji kapasitas ihtisab atau keikhlasan, puasa juga dapat mensucikan badan dan mempersempit jalan setan. Oleh karena itu puasa tidak hanya sekedar meninggalkan makan, minum dan maksiat, tetapi mempunyai tujuan mulia dan suci. Kemampuan pengendalian diri dalam berpuasa akan memberikan ketenangan hidup, di mana ketenangan hidup ini akan memberikan mental yang sehat.

Adapun aspek-aspek pengendalian diri yang terkandung dalam ibadah puasa antara lain:

  • Puasa untuk meredam amarah atau kesehatan emosional.
  • Puasa melatih kesabaran.
  • Puasa meningkatkan kecerdasan emosional.
  • Puasa untuk membentuk kematangan diri (konsistensi dan kejujuran)

Dari ayat dijelaskan bahwa terdapat tiga golongan yaitu Golongan Muhajirin, Golongan Anshor dan golongan kaum muslimin yang tidak berhijrah ke Madinah. Dimana golongan tersebut memiliki derajat yang berbeda di sisi Allah SWT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun